Ironi 14 Oktober: Lahirnya Polisi Jujur Jenderal Hoegeng, Tercorengnya Citra Polri

Jum'at, 14 Oktober 2022 | 20:40 WIB
Ironi 14 Oktober: Lahirnya Polisi Jujur Jenderal Hoegeng, Tercorengnya Citra Polri
Jenderal Hoegeng - (YouTube/Melawan Lupa Metro TV)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Saat pendudukan Jepang, Hoegeng pernah mengikuti pelatihan militer Nippon di tahun 1942, dan Koto Keisatsu Ka I-Kai di tahun berikutnya. Begitu Indonesia merdeka, Hoegeng menjabat sebagai Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur pada 1952.

Empat tahun berselang, Jenderal Hoegeng menjabat sebagai Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara di Medan. Tiga tahun berikutnya, Jenderal Hoegeng mengikuti pendidikan yaitu Pendidikan Brimob dan menduduki sejumlah jabatan.

Di antaranya yaitu Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara di tahun 1960, Kepala Jawatan Imigrasi di tahun yang sama, Menteri Iuran Negara di tahun 1965, dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti di tahun 1966.

Selanjutnya pada 5 Mei 1968, Jenderal Hoegeng dipercaya untuk mengemban jabatan sebagai Kepala Kepolisian Negara. Selama menjabat sebagai Kapolri, Jenderal Hoegeng mendulang beragam prestasi. Ini tidak terlepas dari pribadinya yang memiliki integritas.

Kisah Gemilang Jenderal Hoegeng

Terdapat banyak hal yang terjadi selama masa kepemimpinan Kapolri Jenderal Hoegeng Iman Santoso. Mulai dari pembenahan struktur organisasi di Mabes Polri, perubahan nama pimpinan polisi serta markas besarnya, serta membawa Polri untuk aktif di kancah Internasional.

Jenderal Hoegeng juga dikenal sebagai sosok yang jujur, sederhana dan pekerja keras selama menjabat sebagai Kapolri. Ia juga diketahui menjadi ikon Polisi Jujur. 

Menyadur dari situs Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, berikut beberapa tindakan yang menjadikan Jenderal Hoegeng dikenal sebagai ikon Polisi Jujur.

  1. Tolak Rayuan Para Pengusaha
    Selama masa jabatannya di Kapolri, Jenderal Hoegeng juga kerap merasakan godaan suap. Ia pernah dirayu dengan berbagai barang mewah oleh seorang pengusaha yang memiliki keterlibatan dalam kasus penyelundupan. Sebagai sosok berintegritas, Jenderal Hoegeng pun menolak mentah-mentah hadiah dari pengusaha tersebut.

  2. Larang Istri Membuka Toko Bunga
    Pada saat ia dilantik sebagai Kepala Jawatan Imigrasi, Jenderal Hoegeng meminta istrinya yang pada saat itu tengah menjalankan usaha toko bunga untuk menutup usahanya. Hal itu dilakukan untuk mengurangi adanya benturan kepentingan antara pihak yang memiliki kepentingan dengan imigrasi, dengan memesan bunga ke toko istrinya.

  3. Mengatur Lalu Lintas di Perempatan
    Jenderal Hoegeng juga diketahui memiliki kepedulian yang tinggi di masyarakat, serta anak buahnya. Saat Hoegeng menjabat sebagai Kapolri dengan pangkat jenderal bintang empat, ia masih turun tangan untuk mengatur lalu lintas di perempatan. Ia menunjukkan tugas seorang polisi yang merupakan pelayan masyarakay dan harus mengayomi.

  4. Berpesan Bahwa Polisi Jangan Sampai Dibeli
    Jenderal Hoegeng telah membuktikan bahwa ia sebagai sosok polisi, memang tidak bisa dibeli. Sejak dirinya menjadi seorang perwira, Jenderal Hoegeng dikenal dengan kejujuran dan keberaniannya. Ia tidak sudi menerima bentuk suap dalam hal apapun dan sepeser pun. Terdapat kata-kata mutiara yang terkenal dari sosok Jenderal Hoegeng, yaitu “Baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik.

Sosok Jenderal Hoegeng tentu menjadi sosok inspirasi bagi kalangan masyarakat. Namanya bahkan diabadikan dalam Hoegeng Awards, penghargaan kepada sosok polisi dengan tiga kategori, di antaranya yaitu Polisi Berintegritas, Polisi Inovatif, dan Polisi Berdedikasi.

Baca Juga: Beberapa Hari Jabat Kapolda Jatim, Irjen Teddy Minahasa Terancam Dipecat karena Kasus Narkoba

Namun, usaha Jenderal Hoegeng dalam membangun citra Polri dengan ikon Polisi Jujur selama hidupnya seolah menjadi sebuah ironi pada peringatan tanggal kelahirannya, tepatnya 14 Oktober 2022.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI