5. Manjah Antang
Tradisi manjah antang merupakan suatu ritual untuk mencari keberadaan musuh ketika berperang. Menurut sejarah masyarakat Dayak, ritual manajah antang adalah sebuah ritual pemanggilan roh nenek moyang dengan burung Antang.
Burung tersebut diyakini mampu memberitahukan lokasi persembunyian musuh. Selain dipakai saat berperang, tradisi manajah antang ini pun juga dipakai untuk mencari petunjuk-petunjuk lain.
6. Mantat Tu’mate
Tradisi mantat tu’mate adalah tradisi untuk mengantarkan orang yang baru saja meninggal. Mantat tu’mate akan dilakukan selama tujuh hari berturut-turut dengan acara iring-iringan musik serta tari tradisional. Setelah upacara selama tujuh hari sudah selesai, barulah jenazah tersebut akan dimakamkan.
Nilai Kearifan Lokal Suku Dayak
Suku Dayak terkenal dengan keberaniannya, ulet, tangguh, dan gigih. Mereka sudah biasa survive di alam terbuka di pedalaman hutan Kalimantan, tanpa mengenal adanya teknologi. Merka hanua memanfaatkan alam sebagai penopang kehidupan sehari-hati, agar bisa bertahan hidup.
Karena itulah, Suku Dayak sangat mencintai alam dan menganggap alam sebagai Tuhan atau yang memberikan mereka sumber kehidupan. Dalam menemukan jodoh pun masyarakat memiliki cara yang terbilang cukup unik yakni dengan mengandalkan firasat.
Mereka akan menenung meminta sebuah petunjuk dari leluhur. Prosesi tersebut dilakukan di tempat keramat seperti Pegunungan Lumut, Muller, dan Meratus.
Ciri-ciri Suku Dayak

Ciri khas suku Dayak beragam seperti memiliki rumah panjang. Hasil kebudayaan materialnya seperti tembikar, sumpit, mandau, beliung ataupun kapak Dayak.
Masyarakat Dayak memiliki mata pencaharian berburu dan meramu, seperti halnya manusia purba, suku Dayak masih mempertahankan budaya ini dan hidup di dalam hutan Kalimantan.
Bahasa Suku Dayak
Berdasarkan bahasa yang digunakan sehari-hari, terbagi menjadi 5 bahsa Suku Dayak, yaitu:
• Dayak Darat, terbagi menjadi 13 bahasa, salah satunya yaitu bahasa Rejang