“Tiba-tiba ibu turun, almarhum juga turun dari lantai dua bawa senjata langsung ditaruh di dalam mobil," ujar Eliezer.
Setelah itu, Richard, Yosua dan ajudan Sambo lainnya yang bernama Mateus pergi menuju kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Richard mengaku sempat bingung dengan perjalanan tersebut, sebab hingga di tengah perjalanan, mereka belum mengetahui arah tujuannya.
“Saya sempat tanya beberapa kali ke alamarhum Yosua, 'bang izin ini mau ke mana', 'udah Cad ikut aja dulu' kata dia. Itu perjalanan ada muter-muter di daerah Kemang, saya tidak tahu ini mau ke mana. Akhirnya kita balik ke kediaman Bangka, kita singgah di kediaman Bangka," papar Eliezer.
Setibanya di sana, Richard mengaku melihat Putri Candrawathu keluar dengan wajah marah. Tak lama setelah itu, muncul Ferdy Sambo di rumah Bangka, juga dengan wajah marah.
"Jadi saat di kediaman Bangka, ibu turun, saya lihat kondisi ibu marah, saya enggak berani tanya. FS (Ferdy Sambo masuk, dia juga kayak marah-marah juga, langsung masuk ke rumah. Abis itu almarhum Yosua bilang 'Cad nanti ada Pak Eben mau datang, rekan bapak', siap bang," ungkap Richard.
Setelah beberapa saat, tamu Sambo yang dipanggil Pak Eben tiba di rumah dinas Sambo di Duren Tiga. Brigadir J lalu meminta semua ajudan, kecuali dirinya untuk menunggu di luar rumah.
Di depan rumah, Richard Eliezer menunggu bersama ajudan Sambo lainnya yang bernama Farhan dan Alfons.
Selang beberapa jam, keluarlah seorang perempuan dari dalam rumah. Ia terlihat menangis. Sementara Richard mengaku tidak mengenali siapa perempuan tersebut.
Baca Juga: Bripka Ricky Tolak Perintah Tembak Brigadir Yosua: Saya Tak Kuat Mental, Sambo Menangis
"Sekitar satu jam, dua jam, baru tiba-tiba ada orang keluar dari rumah. Pagar kami tutup, dia ketuk dari dalam rumah. Saya bilang Alfons 'ada orang keluar', dia buka pintu, tiba-tiba ada perempuan. Saya tidak kenal dia, nangis dia, baru ini (saya lihat), siapa ya? karena saya nggak ada waktu dia datang. Saya lihat di di dalam ada pak Erben juga di depan rumah," ucap Eliezer.