Suara.com - Hari Valentine sangat identik dengan pemberian cokelat, kado, atau hal-hal romantis kepada pasangan. Ada banyak versi soal sejarah hari valentine, salah satunya adalah berasal dari tradisi bangsa Romawi Kuno untuk memeringati kematian pendeta bernama Santo Valentine.
Kira-kira bagaimana hukum merayakan hari Valentine dalam Islam? SImak ulasan selengkapnya di bawah ini, yuk!
Hukum Merayakan Hari Valentine dalam Islam
Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 3 Tahun 2017, aram hukumnya merayakan Hari Valentine setiap tanggal 14 Februari bagi umat muslim, di mana hal ini menganut pada tiga hal yaitu:
1. Hari Valentine bukan termasuk tradisi Islam
Hari Valentine dinilai menjerumuskan para pemuda muslim pada pergaulan bebas seperti seks sebelum menikah.
2. Hari Valentine berpotensi membawa keburukan
Fatwa haramnya Hari Valentine dibuat berdasarkan tuntutan Al-Quran, Hadist, dan pendapat Ulama, salah satunya adalah hadist Riwayat Abu Dawud yang mengatakan bahwa: “Dari Abdullah bin Umar berkata, bersabda Rasulullah SAW: Barang siapa yang menyerupakan diri pada suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka”, (HR Abu Dawud nomor 4031).
Sementara itu, dalam Al-Quran Surar Ali Imran (3): 64, Allah SWT berfirman bahwa penting bagi umat muslim untuk mempertegas jati diri sebagai seorang Isam dengan berperilaku sesuai tuntuntan serta menolak menyerupai identitas agama lainnya.
Selain itu, Allah SWT juga berfirman dalam surah Al-Kafirun, yang artinya: