Lebih lanjut, ia pun menyampaikan terima kasihnya terhadap sejumlah tokoh elit PDIP lainnya.
"Terima kasih saya berikutnya, saya belum lupa, pada saat mau diwawancara sama ibu, saya digandeng oleh seseorang, namanya Prananda Prabowo. Saya dirangkul, digeret masuk duduk di dalam, yang di dalamnya sudah komplit ada Ibu Mega, ada (Alm) Mas Tjahjo (mantan Sekjen PDIP), dan ada Mas Prananda. Ada kami diskusi pada saat itu. Oke kamu sosialisasi, tapi menunggu keputusan dari saya. Saya katakan ‘siap bu’,” tuturnya.
"Dan pada saat kami sosialisasi, kemudian terakhir agendanya diketok bahwa saya direkomendasi (jadi cagub Jateng). Di ruangan tadi ada satu orang, dan itu menjadi panglima tempur. Dan sosok ini darahnya juga dari bumi Sriwijaya, Palembang, yakni Mbak Puan Maharani," sambungnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ganjar juga menceritakan soal bagaimana kenanagannya bersama almarhum Taufiq Kiemas. Ganjar mengaku kerap kali dimarahi ketika bertemu dengan almarhum.
Namun Ganjar meyakini apa yang dilakukan oleh Taufiq Kiemas telah membentuk mentalnya. Dan akhirnya bisa memenangkan pertarungan sebagai underdog tersebut. Adapun hal itu menjadi kenanangan terakhir Ganjar bersama Taufiq Kiemas.
"Begitu saya direkomendasi, kami bertempur, kami menang, pertama yang saya lapori adalah Bapak Taufiq Kiemas," kata Ganjar.
"Njar, sini Njar. (Lalu Alm Taufiq berkata kepada wartawan) hai para wartawan, anak ini, dulu waktu mau maju (Pilgub Jateng), underdog dan dia bisa memenangkan. Begitu kata beliau. Wah saya dipeluk sama beliau dan saya diajak pesta makan nasi bungkus di ruang kerjanya. Itu luar biasa. Setelah itu kami berbincang dan saya dipeluk-peluk lalu saya difoto. Difotonya bertiga, ada Mas Taufiq, ada saya, ada mbak Puan," sambungnya.