Suara.com - Hampir dua dekade Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terlibat perang dingin.
Selama itu pula keduanya nampak enggan bertemu atau bertegur sapa dalam sejumlah kesempatan. Pun begitu dalam urusan politik, keduanya nampak enggan untuk seiring sejalan.
Rupanya Megawati mempunyai alasan tersendiri mengapa ia tidak mau berurusan dengan Susilo Bambang Yudoyono alias SBY.
Apa saja dosa-dosa SBY menurut Megawati? Berikut ulasannya.
Megawati merasa dibohongi oleh SBY
Konflik antara Megawati dan SBY bermula pada 2004 silam. Hal itu diulas oleh salah satu wartawan senior Derek Manangka dalam buku berjudul “Jurus dan Manuver Politik Taufiq Kemas: Memang lidah tidak bertulang” yang ia tulis.
Derek menuturkan, ia pernah mendengar jawaban langsung dari Megawati terkait konfliknya dengan SBY pada saat makan malam bersama Taufiq Kiemas di kediamannya di Teuku Umar.
Menurut Megawati, SBY merupakan politikus yang tidak sportif dan omongannya tidak bisa dipercaya.
"Kalau anda ingat, SBY itu kan sebelumnya dipecat oleh Presiden Gus Dur sebagai Menteri Pertambangan. Tapi saya angkat dia sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, setelah saya menggantikan Gus Dur," tulis Derek menirukan ucapan Megawati.
Baca Juga: Panda Nababan Ungkap Kisi-kisi Cawapres Ganjar, Diumumkan di Bulan Bung Karno?
SBY calonkan diri jadi Presiden ke-6 RI
Setelah dipecat Gus Dur, Megawati mengangkat SBY jadi Menko Polkam pada 2001, ia juga berjanji akan mengawal Ketum PDI Perjuangan yang saat itu menjadi Presiden R1 yang ke-5 hingga tahun 2009.
Mendengaar komitmen yang serius dari SBY, Megawati sempat mengajaknya untuk mendampinginya jadi Cawapres namun ditolak.
Rupanya SBY diam-diam telah membangun partai poltik sebagai kendaraan untuk dirinya maju sebagai Capres sebagai rivalnya Megawati di Pilpress 2004.
Megawati lalu memanggil SBY atas laporan tersebut, namun sayangnya dibantah tapi pada kenyataannya ia maju sebagai Capres dengan Partai Demokrat sebagai kendaraan politiknya.
Megawati sebelumnya pernah mengajak Yusril Ihza Mahendra sebagai Wapres, namun ia menjawab dengan alasan yang jujur.