Namun ternyata, perahu masih berjarak 20 meter lebih dari dermaga. Air pun ternyata masih dalam. Sebagian yang bisa berenang selamat. Namun tidak untuk sembilan orang itu. Mayat mereka ditemukan mengapung keesokan harinya.
"Tidak akan terjadi andai saja para korban tidak ikut-ikutan melompat. Waktu itu sudah jam tujuh petang, sudah gelap dan saat itu belum ada listrik. Untuk listrik baru masuk tahun 1992. Kami saat itu memakai strongking," kisahnya.
"Seorang anak bilang sudah sampai daratan karena sudah ada tanda benturan dengan rakit lainnya, ternyata itu patok bukan perahu. Jaraknya masih 20 meter dari daratan, air masih dalam. Sembilan orang meninggal setelah datang dari ngaben. Korbannya mereka yang tidak bisa renang," kenang Jro Mangku Baskara.
Artikel ini merupakan hasil liputan Binar Sebaya.