Bharada E mengaku diperintahkan menembak Brigadir J sebanyak tiga sampai empat kali yang mana tembakan pertama dilakukannya dengan tutup mata. Jarak tembakan yang dilakukan pun diketahui hanya berjarak 2 meter.
Kesaksian Bharada E ini juga menyanggah pengakuan dari Ferdy Sambo bahwa ia tak takut melepaskan tembakan pada Brigadir J. Dalam pengakuannya, Ferdy Sambo menyebut sempat panik dan memerintahkan Bharada E berhenti menembaki Brigadir J.
Kesaksian palsu tersebut tak hanya datang dari Ferdy Sambo, tetapi juga dari Putri Candrawathi yang mengaku telah diperkosa oleh Brigadir J. Ia juga menyebut mendapatkan ancaman dan kekerasan saat berada di Magelang. Pengakuan Putri Candrawathi tersebut dikatakan pada saat persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta, Senin (12/12/2022).
Tak hanya itu, Kuat Ma’ruf juga memberikan kesaksian bahwa ia melihat Brigadir J secara diam-diam mengintip kamar Putri di Magelang pada 7 Juli 2022. Saat melihat Kuat, Brigadir J kemudian berlari. Pada waktu yang bersamaan, Kuat dipanggil oleh ART Ferdy Sambo untuk ke kamar Putri.
Pada saat sampai, Kuat melihat kondisi Putri sudah dalam keadaan rambut-acak-acakan di lantai kamar.
Kesaksian terakhir diberikan oleh pelaku Bripka R yang menyebut ia dipanggil oleh Ferdy Sambo tentang pelecehan yang dialami oleh istri Ferdy Sambo. Bripka R diperintahkan untuk menembak Brigadir J, tetapi ia menolak dengan dalih tidak kuat mental.
Akhirnya, Sambo memerintahkan Bripka R untuk memanggil Bharada E menjalankan perintah pembunuhan tersebut.
Kejanggalan demi kejanggalan yang mendasari motif pembunuhan Brigadir J pun semakin meningkat. Hal tersebut kemudian disebut sebagai pembunuhan berencana.
Hal itu berdasar pada aktivitas Ferdy Sambo yang masih bisa melakukan berbagai kegiatan, bahkan satu hari sebelum pelaksanaan pembunuhan ia juga sempat bermain bulu tangkis.
Jika penembakan tersebut tidak direncanakan, maka akan ada reaksi langsung, tak ada jeda untuk berpikir dan melakukan tindakan lainnya.