“Awalnya saya belum percaya, karena saya belum merasakan. Tapi lama-lama pada tahun 2011 sudah mulai batuk-batuk. Tahun 2012 (kondisi saya) mulai parah, berbulan-bulan batuk enggak sembuh. Saya minta dirujuk ke penyakit dalam. Kemudia dicek di lab, di rontgen. Positif kena penyakit paru-paru,” ucap Tuniyah melalui DW Indonesia.
Dalam video DW Indonesia menjelaskan, bahwa sebagian besar kasus penyakit asbestosis ini akan berdampak pada penderitanya setelah 15 tahun bersinggungan langsung dengan asbes.
“Jadi untuk berdampak ke dalam jaringan paru dan kemudian menimbulkan tanda, asbes itu membutuhkan waktu yang lama,” tutur dr Anna
Meski penggunaan atap asbes sudah dilarang dibanyak negara, nyatanya 70% penggunaan asbes masih ditemukan di Asia dengan penggunaan terbanyak di China, India, dan Indonesia.
Menurut Muchamad Darisman selaku LSM Jaringan Indonesia Larang Asbes menyebutkan, di Indonesia, rata-rata yang menggunakan asbes sebagai atas rumah yaitu dari kalangan bawah. Hal ini dikarenakan kurangnya akses untuk menemukan asbes yang aman bagi kesehatan.
Untuk mencegah dampak bahaya asbes, LSM Jaringan Indonesia Larang Asbes sejak tahun 2012 telah mendesak pemerintah agar berhenti mengimpor asbes. Pemerintah saat ini telah menyediakan tempat khusus pembuangan asbes dan menguburkan ke dalam pecahan-pecahan asbes tersebut.
Demikian ulasan mengenai kenapa atas asbes dilarang yang penting untuk diketahui. Semoga informasi ini bermanfaat!
Kontributor : Ulil Azmi
Baca Juga: Kenapa Rumah di Indonesia Masih Tetap Pakai Atap Asbes? Ini Jawabannya