Sementara itu, koordinator Koalisi Kedaulatan Pangan (KRKP) Ayip Said Abdullah mengamini hal tersebut. Dia hanya mengatakan, ada faktor lain yang turut menyebabkan kenaikan harga beras, antara lain kebijakan pemerintah yang terlalu banyak memberikan subsidi sosial (bansos) pada kampanye pemilu belakangan ini.
Said Abdullah mengatakan, jika mulai saat ini tidak tersedia beras berkualitas, maka konsumen kelas menengah akan beralih mengonsumsi beras kualitas menengah. Oleh karena itu, ia mengusulkan agar pemerintah segera melonggarkan harga eceran tertinggi (HET) beras premium agar tidak mengganggu pembagian masyarakat menengah ke bawah.
Saat ini HET beras grade medium berkisar Rp 10.900 hingga Rp 11.800/kg dan beras premium antara Rp 13.000 hingga Rp 14.000 tergantung daerah.
Kemudian, untuk menjaga stabilitas beras intermediet, ada usulan mengenai pelepasan cadangan beras Bulog secepatnya dalam bentuk operasi pasar. Khususnya di tempat-tempat yang sangat membutuhkan serta keluarga petani di pedesaan.
Apa Solusi Pemerintah?
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan pemerintah akan terus memasok beras SPHP (Stabilisasi Pangan dan Harga) untuk menjaga stabilitas harga beras di dalam negeri. Beras murah ini dijamin kualitasnya bagus tidak kalah dengan beras kualitas tinggi.
Zulhas menambahkan, beras SPHP dijual dengan harga mulai Rp 10.900 menjadi Rp 11.000 per kg dan akan dijual di pasar tradisional dan ritel modern.
Panen raya diperkirakan terjadi pada bulan April-Mei atau lebih lambat dibandingkan tahun lalu yang jatuh pada bulan Januari-Maret. Oleh karena itu, pemerintah akan menambah jumlah beras yang disalurkan pada program SPHP dari sebelumnya 100.000 ton/bulan menjadi 250.000 ton/bulan.
Mengenai jumlah beras yang disimpan sebelum puasa dan lebaran dijamin aman. Pemerintah berencana akan membuka kemungkinan impor beras dari Thailand sebanyak 2 juta ton pada tahun ini.
Baca Juga: Stok Beras Memadai, Satgas Pangan Polri Pastikan Harga Turun Sebelum Ramadhan
Demikian penjelasan tentang penyebab harga beras naik dari sisi pemerintah dan para pengamat. Apakah kalian juga terdampak fenomena ini?
Kontributor : Rishna Maulina Pratama