Mengenal Bapak Jaksa Nasional yang Terlupakan Lewat Buku 'Jaksa Agung Soeprapto'

Jum'at, 15 Maret 2024 | 06:50 WIB
Mengenal Bapak Jaksa Nasional yang Terlupakan Lewat Buku 'Jaksa Agung Soeprapto'
Karya baru sejarawan Iip D Yahya yang berjudul Jaksa Agung Soeprapto. [Suara.com/Yaumal]

Untuk pembuatan buku ini, Kang Iip mengakui sempat mengalami tantangan untuk kebutuhan data. Disebutnya dari pihak keluarga memang ada dokumentasi berupa foto-toto, namun hal itu dinilai tidak cukup.

Setelah melakukan pencarian ke sana-sini, dia akhirnya mendapatkan informasi data-data tentang Soeprato ada tersimpan di Perpustakaan Nasional.

"Dari situ saya dapat, mulai dari pelantikan Jaksa agung Soeprato sampai dia diberhentikan," katanya.

Dia membutuhkan waktu selama tiga bulan untuk membaca sejumlah dokumen kurang lebih 70 ribu halaman yang merupakan arsip dari kantro berita Antara.

"Saya fotokopi kasus hukum yang terjadi hampir 10 tahun itu, sebanyak 8.000 halaman," imbuhnya.

Lewat buku ini pula, Kang Iip berharap upaya menjadikan Soeprato sebagai pahlawan nasinoal dapat terwujud pada 2024.

Disebutnya, mereka bersama kejaksaan sejak 2021 mengupayakan Soeprato diberi gelar pahlawan nasional.

Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, Narendra Jatna ditemui usai acara 'Bedah Buku Jaksa Agung' yang digelar di Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta,  Kamis (14/3/2024). (Suara.com/Yaumal)
Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, Narendra Jatna ditemui usai acara 'Bedah Buku Jaksa Agung' yang digelar di Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, Kamis (14/3/2024). (Suara.com/Yaumal)

Sementara itu, Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, Narendra Jatna menyebut Soeprato sosok yang memodernisasi Kejaksaan Agung.

"Beliau itu adalah yang memodernisir kejaksaan yang tadinya kelasnya cuma tradisional, nama jaksa hanya untuk pribumi, dibikin lebih modern. Dan dia memodernisir penyidikan di bawah jawatan jaksa pusat yang pertama kali bikin mutasi nasional. Mesti diingat ya," katanya.

Baca Juga: Berkas Perkara Lengkap, Tujuh Tersangka Pengaturan Skor Pertandingan Liga 2 Dibawa ke Sleman

"Zaman itu masih ada RIS, ada Indonesia, ada Swapraja. Disatukan dalam satu lembaga demi ke-Indonesiaan. Buat saya ini penting terlebih memang sepak terjangnya yang memang dahsyat, ya," imbuhnya.

Kejaksaan, menurutnya membutuhkan simbol perjuangan seperti Soeprato.

"Terlebih kadang-kadang kita ahistoris. Kita lupa bahwa dulu berlaku apartheid sistem tidak semua orang duduk-duduk sama. Coba bayangkan ada pengadilan dibedakan karena ada perbedaan warna kulit, tiba-tiba Soeprato musti menata dan melepaskan semua atribut itu, melepaskan semua atribut itu, ya enggak semuda yang kita lihat," kata Narendra.

Oleh karenanya, pihaknya berharap gelar pahlawan nasioanal segerah disematkan kepada Soeprato.

Dengan demikian, Soeprato dapat menjadi teladan bagi para jaksa di Indonesia dan namanya lebih dikenal luas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI