Suara.com - Tidak semua keturunan Rasulullah Nabi Muhammad saw itu habib. Benarkah demikian? Mari kita pelajari bersama sejarah awal sebutan habib.
Mendiang mantan Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Habib Zein bin Umar bin Smith mengatakan tidak semua keturunan Rasulullah Nabi Muhammad saw itu habib. Ketua organisasi persaudaraan keturunan Nabi dari garis Ba/Bani Alawiyah (Hadramaut) yang berpusat di Indonesia ini menjelaskan sejarah awal sebutan habib.
Sebagaimana dikutip dari tulisan M. Arkandiptyo di Quora, ia meringkas penjelasan Habib Zein bin Umar bin Smith mengenai sejarah awal sebutan habib. Dijelaskan bahwa akar silsilah, keturunan Rasulullah melalui pernikahan Fatimah dan Ali memiliki dua sebutan, yaitu:
- Pertama, sayyid (saidi, sidi) untuk keturunan garis silsilah keluarga Husein.
- Kedua, Syarif (sharef, sarif) sebutan untuk kerutunan garis silsilah keluarga Hasan.
Di antara para sayyid, tersebutlah sayyid terkemuka pada masanya Imam Ahmad al-Muhajir. Al-Muhajir bukanlah namanya melainkan gelar karena melakukan migrasi/hijrah dari tanah kelahiran di Basra, Mesopotamia sekarang Irak. Ia berhijrah dengan tujuan untuk menghindari kericuhan politik dinasti Abassiyah, terutama karena ia memiliki predikat sebagai keturunan Nabi Muhammad.
Ia tidak dapat kembali ke kota asalnya karena belum kondusif sampai menetap di Hadramut dan juga meninggal di sana. Ia tinggal di al-Husaisa, dekat Kota Tarim yang mana sampai sekarang menjadi salah satu kota penting kerutunan Nabi di daerah Hadramaut.
Sebagian keturunan Imam Ahmad al-Muhajir inilah yang bermigrasi sampai ke Nusantara dan disebut sebagai Sa'adah Ba (Bani) Alawiyah. Mereka berhijrah sampai ke India dan Asia Tengah sekitar abad 11-12. Di Nusantara keturunan Imam ahmad al-Muhajir hidup dengan nama marga. Berikut nama-nama marga keturunan Ba Alawiyah:
- Al-Attas
- Al Aydarus
- Al Aydid
- Ba'aqil
- Ba'abud
- Al-bar
- Ba surrah
- Al Bayd
- Balfaqih
- Fad'aq
- Al Habshi
- Al Haddad
- Al Haddar
- Al Hadi
- Al Hamid
- Jamalullaii
- Al-jufri
- Al-Junaid
- Al-kaf
- Khaniman
- Al-Mashoor
- Al Musawa
- Al MUshayyakh
- Mutahar
- Al-Saqqaf
- Al Shihab Uddin
- Al Shairi
- Al Shaikh abu Bakr
- bin Sumaith
- bin Yahya
- Al A'yun
- Azamat khan
- Al ba hashim
- Al ba Rum
- Al Ba Sakut
- Ba Haroon Jamalullaii
- Baraqah
- Bin Haroon
- Bin Hashim
- Bin Murshed
- Bin Shahel
- Al Hinduan
- Al Hiyyed
- Al Ibrahim
- Jadid
- Al Khirid
- Al Nadhiry
- Al Adani
- Ba'alawi
- Ba Faraj
- Ba Nahsan
- Ba Shaiban
- Ba Umar
- Abu Futaim
- Al Madaihi
- Mawia Khailah
- Mawia Dawilah
- Al Munawwar
- Al Qadri
- Al Safiy
- Al Safiy al jufri
- Al Safiy al Saddaq
- Al Zahir
Habib sendiri merupakan gelar, yang artinya "yang tercinta/tersayang" yang disematkan kepada beberapa sayyid. Rata-rata mereka menempuh hidup sebagai pemuka agama.
Rabithah Alawiyah Habib Zein bin Umar bin Smith menyatakan sudah ada degradasi penggunaan gelar tersebut, hingga menjadikan seakan-akan semua keturunan nabi adalah habib. Sayangnya, tidak ada catatan sejarah konkrit yang mencatat kapan pertama kali sebutan Habib diterapkan di Indonesia.
Sebutan Habib di Akhir Penjajahan Belanda