Beberapa puluh tahun silam, warga Yogyakarta digegerkan dengan kasus Sum Kuning. Di mana ia jadi korban pemerkosaan oleh sekelompok pemuda. Penasaran dengan kronologi kasus Sum Kuning? Simak selengkapnya dalam ulasan artikel berikut.
Suara.com - Sum Kuning merupakan peristiwa yang terjadi pada 21 September 1970. Namun sampai saat ini, perkara itu disebut masih jadi misteri. Muncul desas-desus jika pelaku yang ditangkap bukan yang sebenarnya. Bahkan Kapolri Jenderal Hoegeng Imam Santoso harus turun tangan menangani kasus itu.
![Berita kasus Sum Kuning di media massa. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/original/2024/09/20/37033-berita-kasus-sum-kuning-di-media-massa.jpg)
Mengenal Sum Kuning
Sum Kuning memiliki nama asli Sumaridjem. Dia merupakan seorang pedagang telur yang sehari-hari menjajakan dagangannya di wilayah Yogyakarta.
Sum merupakan putri dari Sudiredjo. Sehari-hari ia biasa mengantarkan telur ke para pelanggan yang ada di Kota Baru, Bumijo, Suryobratan, Ngasem, Patuk, Tegal Mulyo, hingga beberapa kampung lainnya. Dalam sehari, Sum Kuning mampu menjual sekitar 200 butir telur.
Kronologi Kasus Sum Kuning
Pada tanggal 21 September 1970, Sumaridjem pulang terlambat sehingga ia terpaksa harus menyusuri malam dengan berjalan sendirian. Sebab kala itu hari sudah petang, sehingga jalanan lengang. Kendaraan umum yang biasa ia naiki dan lewat desa Ngampilan, hanya beroperasi hingga pukul 05.00 sore.
Sehingga dengan terpaksa, Sum harus berjalan kaki ke arah utara, melewati Jalan Patuk menuju ke Jalan Ngupasan. Setibanya di Ngupasan, bus kota yang melaju ke arah Godean juga tak kunjung datang. Lagi-lagi ia harus berjalan dengan perasaan waswas karena hari sudah sangat gelap dan kondisi jalanan sepi. Ketika Sum melintasi timur Asrama Polisi Patuk, tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang hampir menyerempet dan langsung berhenti di dekatnya.
Mengutip berbagai sumber, disebutkan bahwa di dalam mobil itu ada segerombolan pemuda berambut gondrong. Mereka turun dari mobil dan langsung menculik Sum. Meski sudah berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri, namun usahanya sia-sia.
Baca Juga: Dalang di Balik Peristiwa G30S/PKI Berdasarkan Sejumlah Teori yang Selama Ini Berkembang
Di dalam mobil, Sum diancam menggunakan belati yang sudah ditempelkan di lehernya. Mobil melaju mengitari Jalan Diponegoro menuju ke Bumijo. Tidak lama setelahnya, Sumaridjem kemudian dibius hingga hampir tak sadarkan diri.
Malam itu Sum diperkosa oleh para pemuda yang menculiknya tersebut. Selain itu, uang hasil dagangannya yang berjumlah Rp4.650 juga raib. Dalam keadaan lemas, Sumaridjem kemudian dibuang tepi Jalan Wates-Purworejo, daerah Gamping, Sleman, ketika hari masih gelap.
Dengan tertatih-tatih, Sumaridjem berjalan ke arah Kota Yogyakarta. Saat hari mulai terang, dengan sisa uang Rp100, Sum menghentikan sebuah becak. Sumaridjem minta diantar ke rumah salah seorang langganannya yang bernama Nyonya Sulardi di Bumijo.
Singkat cerita, kasus ini sampai ke tangan polisi. Kejadian tersebut lantas membuat gempar warga Yogyakarta. Seminggu setelah kejadian, tepatnya 28 September 1970, tersiar kabar bahwa para penculik dan pemerkosa Sum akan diarak.
Mendengar kabar itu, ribuan orang berkumpul di kantor polisi selatan Malioboro untuk menyaksikan arak-arakan tersebut. Namun pada kenyataannya tidak terjadi apa-apa, sebab pelaku belum ada yang tertangkap satu pun.
Sum Kuning Malah Dijadikan Tersangka