Trump Desak Putin Akhiri Perang Ukraina, Singgung Kekuatan Militer AS

Bella Suara.Com
Senin, 11 November 2024 | 16:40 WIB
Trump Desak Putin Akhiri Perang Ukraina, Singgung Kekuatan Militer AS
Donald Trump saat berkampanye di hadapan para pendukungnya. (Instagram/@realdonaldtrump)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, melakukan percakapan penting dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, menyerukan agar Rusia tidak memperburuk situasi perang di Ukraina.

The Washington Post melaporkan bahwa panggilan itu dilakukan Kamis lalu dari Mar-a-Lago, kediaman Trump di Florida, hanya beberapa hari setelah kemenangan mengejutkannya atas rival dari Partai Demokrat, Kamala Harris.

Steven Cheung, Direktur Komunikasi Trump, menolak mengomentari rincian panggilan tersebut.

"Kami tidak memberikan komentar tentang panggilan pribadi antara Presiden Trump dan pemimpin dunia lainnya," tulisnya dalam pernyataan tertulis kepada AFP.

Baca Juga: Qatar dalam Tekanan AS: Perantara atau Pelindung Hamas?

 Vladimir Putin [Xinhua]
Vladimir Putin [Xinhua]

Meski begitu, sejumlah sumber yang mengetahui isi pembicaraan tersebut, yang berbicara tanpa disebutkan namanya, menyebutkan bahwa Trump menekankan kehadiran militer Amerika yang besar di Eropa dan menyatakan minatnya untuk berdialog lebih lanjut guna menyelesaikan konflik di Ukraina secepat mungkin.

Kemenangan Trump diperkirakan akan memengaruhi jalannya perang Ukraina yang telah berlangsung hampir tiga tahun. Trump, yang kerap menyerukan diakhirinya pertempuran dengan segera, meragukan dukungan miliaran dolar yang selama ini diberikan Washington kepada Kyiv. Hal ini menimbulkan kekhawatiran, terutama di antara sekutu-sekutu Eropa Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga sempat berbicara dengan Trump pada Rabu. Percakapan tersebut menarik perhatian karena melibatkan Elon Musk, salah satu pendukung utama Trump, yang juga ikut dalam panggilan tersebut.

Sementara itu, pemerintahan Presiden Joe Biden, yang akan segera berakhir, berkomitmen untuk mengirimkan bantuan sebanyak mungkin ke Ukraina sebelum Trump dilantik pada 20 Januari.

Penasihat Keamanan Nasional Biden, Jake Sullivan, mengatakan bahwa Gedung Putih ingin memastikan Ukraina dalam posisi kuat di medan perang dan, pada akhirnya, dalam posisi yang baik di meja perundingan. Sullivan juga menegaskan bahwa dana bantuan senilai $6 miliar yang tersisa akan segera digunakan.

Baca Juga: Ratusan WNI Sambut Hangat Kedatangan Presiden Prabowo di Washington DC

Dari pihak Rusia, tanggapan atas kembalinya Trump ke panggung politik relatif positif. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut sinyal dari Trump sebagai “positif” karena membahas perdamaian, bukan konfrontasi. Namun, rencana Trump untuk mengakhiri perang dengan cepat masih belum jelas detailnya.

Selama kampanye, Trump berulang kali mengkritik pendanaan Amerika untuk Ukraina, bahkan menyindir bahwa uang itu seolah mendukung jaringan pro-perang yang korup. Dalam unggahan di Instagram, Donald Trump Jr. memperlihatkan Zelenskyy berdiri di samping Trump dengan teks, “38 hari lagi sebelum kehilangan uang saku,” menyinggung ketidakpastian dukungan AS untuk Kyiv.

Meskipun beberapa pihak menyarankan bahwa Ukraina mungkin harus mengalah dan menyerahkan wilayah yang sudah dikuasai Rusia, Kyiv tetap teguh pada pendiriannya. Zelenskyy menegaskan bahwa mengorbankan tanah hanya akan memperkuat Putin dan memicu lebih banyak agresi, sebuah pandangan yang didukung oleh banyak sekutu Eropa.

Pertempuran sengit masih berlangsung di medan perang, dengan kedua pihak berusaha memperkuat posisi menjelang kemungkinan negosiasi. Ukraina dan Rusia terus saling melancarkan serangan drone besar-besaran, menambah kompleksitas situasi dan memperburuk ketegangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI