"Seperti Gempa Bumi", Desa-desa di Lebanon Selatan Rata dengan Tanah, Warga Kembali ke Puing Rumah

Aprilo Ade Wismoyo Suara.Com
Rabu, 19 Februari 2025 | 08:05 WIB
"Seperti Gempa Bumi", Desa-desa di Lebanon Selatan Rata dengan Tanah, Warga Kembali ke Puing Rumah
Pengungsi Lebanon kembali dari Suriah lewat pos perbatasan. (ANTARA)

Kekhawatiran itu, setidaknya, ternyata beralasan. "Tidak ada satu pun rumah di desa tersebut yang masih berdiri," kata Jaber.

"Ini seperti gempa bumi yang menyapu bersih desa tersebut."

“Situasi ini membuat saya patah hati,” kata Jaber, saat ia berdiri di dalam pemakaman desa.

“Mereka menggali kuburan dan membuka brankas. Saya tidak mengerti ancaman keamanan apa yang ditimbulkan oleh orang-orang yang meninggal itu bagi mereka.”

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan tentara Israel “akan tetap berada di zona penyangga di Lebanon di lima pos kontrol” untuk berjaga-jaga terhadap pelanggaran gencatan senjata oleh Hizbullah.

Ia juga mengatakan tentara telah mendirikan pos-pos baru di sisi perbatasan Israel, dan mengirim bala bantuan ke sana.

“Kami bertekad untuk memberikan keamanan penuh kepada setiap komunitas utara,” kata Katz.

Namun, tiga pejabat tinggi Lebano, presiden, perdana menteri, dan juru bicara parlemen negara it, dalam sebuah pernyataan bersama mengatakan bahwa kehadiran Israel yang berkelanjutan di lima lokasi tersebut merupakan pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata.

Mereka meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan untuk memaksa Israel menarik diri sepenuhnya.

Baca Juga: Israel Tarik Pasukan dari Desa-Desa di Lebanon, Tetap Bertahan di Lima Titik Strategis

“Kehadiran Israel yang berkelanjutan di setiap inci wilayah Lebanon merupakan pendudukan, dengan semua konsekuensi hukum yang timbul darinya menurut legitimasi internasional,” kata pernyataan itu.

Kehadiran militer Israel juga dikritik dalam pernyataan bersama oleh koordinator khusus PBB untuk Lebanon, Jeanine Hennis-Plasschaert, dan kepala pasukan penjaga perdamaian PBB di negara itu, Letnan Jenderal Aroldo Lázaro.

Namun, keduanya memperingatkan bahwa hal ini tidak boleh “menutupi kemajuan nyata yang telah dicapai” sejak perjanjian gencatan senjata.

Hizbullah mulai menembakkan roket melintasi perbatasan pada 8 Oktober 2023, satu hari setelah serangan mematikan yang dipimpin Hamas ke Israel selatan yang menewaskan 1.000 orang.

Perang di Gaza pun meletus. Israel menanggapinya dengan penembakan dan serangan udara di Lebanon, dan kedua belah pihak terlibat dalam konflik yang meningkat dan berubah menjadi perang besar-besaran pada akhir September.

Lebih dari 4.000 orang tewas di Lebanon dan lebih dari 1 juta orang mengungsi pada puncak konflik, lebih dari 100.000 di antaranya belum dapat kembali ke rumah. Di pihak Israel, puluhan orang tewas dan sekitar 60.000 orang mengungsi.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI