Suara.com - Ngabuburit merupakan tradisi unik masyarakat Indonesia dalam mengisi waktu menunggu berbuka puasa selama bulan Ramadan.
Istilah ini berasal dari bahasa Sunda "ngalantung ngadagoan burit" yang berarti bersantai sambil menunggu waktu sore.
Secara linguistik ngabuburit merupakan gabungan kata Sunda "nga-" (melakukan) dan "burit" (sore/petang). Sedangkan menurut KBBI: kegiatan menunggu azan Maghrib menjelang buka puasa.
Ngabuburit juga memiliki makna filosofis, yakni sarana melatih kesabaran dan mengisi waktu dengan produktif dan mentum memperkuat silaturahmi dan kegiatan religius.
Asal usul ngabuburit bermula di masyarakat Sunda (Jawa Barat) sejak masuknya Islam ke Nusantara. Populer sejak 1980-an melalui acara musik bertema Islami di Bandung.
Perkembangan Ngabuburi awalnya diisi kegiatan keagamaan (pengajian, tadarus) da kemudian berevolusi menjadi aktivitas sosial seperti berburu takjil dan rekreasi.
Bentuk Tradisi
Kegiatan khas:
1. Religius: Tadarus Al-Qur'an, menghadiri pengajian.
2. Sosial: Berburu takjil gratis, pasar Ramadan.
3. Budaya lokal:
- Bleguran (meriam bambu Betawi)
- Kumbohan (berburu ikan di Lamongan)
- Balap perahu layar mini di Surabaya.
4. Modern: Olahraga ringan, memasak takjil kreatif, bersih-bersih rumah.
Tradisi ini mencerminkan kekayaan budaya Indonesia sekaligus menjadi sarana memperkuat nilai-nilai sosial dan spiritual selama Ramadan.