Para pemimpin kelompok militan juga diinstruksikan untuk menghindari penggunaan telepon seluler guna mencegah pelacakan oleh intelijen Israel.

Hamas mengecam operasi darat Israel sebagai pelanggaran berbahaya terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah berlangsung sejak Januari.
Dalam pernyataannya, Hamas menegaskan kembali komitmennya terhadap perjanjian tersebut dan meminta para mediator internasional untuk segera bertindak guna menghentikan serangan Israel.
Sementara itu, negosiasi untuk tahap kedua gencatan senjata masih menemui jalan buntu.
Hamas menuntut penghentian perang secara permanen, penarikan pasukan Israel dari Gaza, serta pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina.
Namun, Israel hanya menawarkan perpanjangan gencatan senjata sementara dan menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan operasi militer untuk menekan Hamas agar membebaskan sandera yang tersisa.
Seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa para mediator telah meningkatkan upaya diplomatik untuk menengahi konflik, tetapi hingga saat ini belum ada terobosan yang signifikan.
Perang ini bermula pada Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan mendadak ke komunitas Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 lainnya.
Sejak saat itu, Israel melakukan serangan balasan yang menyebabkan lebih dari 49.000 warga Palestina tewas, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Baca Juga: Donasi Mudah ke Palestina: Cara Aman dan Cepat Lewat OVO
Sejak Oktober 2023, hampir 50.000 warga Palestina – umumnya wanita dan anak-anak – telah terbunuh, dan lebih dari 112.000 lainnya terluka akibat serangan militer Israel yang brutal di Gaza.