Di Bangkok, ibu kota Thailand, penduduk berhamburan ke jalanan saat bangunan berguncang, beberapa di antaranya adalah tamu hotel yang mengenakan jubah mandi dan pakaian renang.
"Saya sedang tidur di rumah, lalu mendengar guncangan. Saya langsung berlari keluar dengan piyama," ujar Duangjai, warga Chiang Mai, kepada AFP.
Akibatnya, beberapa layanan metro dan kereta ringan di Bangkok dihentikan sementara untuk memastikan keselamatan.
Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, membatalkan kunjungan resminya ke Phuket dan mengadakan pertemuan mendesak untuk menangani dampak gempa, sebagaimana diumumkan melalui postingan di X.
Sementara itu, di provinsi Yunnan, China barat daya, badan gempa Beijing mencatat getaran berkekuatan 7,9 skala Richter, menambah cakupan dampak gempa ini.
USGS mencatat bahwa gempa di Myanmar tidaklah langka, terutama di dekat Sesar Sagaing yang membentang dari utara ke selatan negara tersebut.
Sejarah mencatat enam gempa berkekuatan di atas 7,0 SR antara 1930 dan 1956, serta gempa 6,8 SR pada 2016 di Bagan yang menewaskan tiga orang dan merusak situs bersejarah.
Dengan sistem medis yang terbatas, khususnya di wilayah pedesaan Myanmar, respons terhadap bencana ini menjadi tantangan tersendiri.
Hingga kini, belum ada laporan resmi mengenai jumlah korban jiwa atau kerusakan total. Tim penyelamat dan otoritas setempat masih bekerja untuk mengevaluasi situasi di tengah ancaman gempa susulan.
Baca Juga: Gempa Magnitudo 7,7 Guncang Myanmar dan Thailand, Gedung Tinggi Bergetar Hebat