Walau saat itu tidak terlalu mengerti isi buku tersebut, ada satu hal yang membuat Hasan Nasbi bertanya-tanya. Yaitu tulisan kata pengantar dari Buya Hamka.
"Terlihat sekali Buya Hamka kagum sekali dengan ini orang (Tan Malaka). Islam dalam Tinjauan Madilog diberikan pengantar oleh Buya Hamka dengan penuh kekaguman," ujarnya.
Apalagi kata Hasan, Buya Hamka menekankan bahwa kita tidak boleh anti sama ilmu apapun. Bahkan sama ilmu yang berseberangan pun kita tidak boleh anti, justru harus kita pelajari, supaya kita paham.
"Yang buat saya tertarik, kenapa Buya Hamka sangat kagum sekali sementara dia tokoh komunis, tokoh kiri. Waktu itu uda mulai cari buku Tan Malaka tapi tidak nampak di tahun 1999," ucapnya.
Untung di tahun 1999, penerbit Komunitas Bambu menerbitkan sejumlah buku Tan Malaka seperti Dari Penjara ke Penjara, Menuju Republik Indonesia, Gerpolek, dan lainnya.
"Ketika baca Menuju Republik Indonesia, ini buku ditulis tahun 1925, 1926 ada kata-kata Menuju Republik Indonesia, jauh belum ada Sumpah Pemuda, Bung Hatta baru menulis persatuan, Bung Karno menulis persatuan dia sudah nulis Menuju Republik Indonesia. Ini siapa sih? akhirnya baca penulis lain tentang dia seperti Ben Anderson, Kahin, Asvi Warman Adam. Cari semua bukunya, akhirnya bikin skripsi aja," ujar Hasan.