600 Tentara Korea Utara Tewas di Ukraina, Ribuan Lainnya Terluka Saat Dukung Rusia

Bella Suara.Com
Rabu, 30 April 2025 | 16:12 WIB
600 Tentara Korea Utara Tewas di Ukraina, Ribuan Lainnya Terluka Saat Dukung Rusia
Ilustrasi tentara Korea Utara (x.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekitar 600 tentara Korea Utara dilaporkan tewas dan lebih dari 4.000 lainnya terluka saat bertempur di pihak Rusia dalam konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.

Informasi ini disampaikan oleh anggota parlemen Korea Selatan, Lee Seong-kweun, pada Rabu (30/4), usai pengarahan tertutup oleh Badan Intelijen Nasional (NIS).

“Sejauh ini, korban di pihak tentara Korea Utara diperkirakan mencapai sekitar 4.700, termasuk sekitar 600 kematian,” ujar Lee, yang juga merupakan anggota Komite Intelijen Parlemen Korea Selatan.

Pernyataan ini muncul hanya dua hari setelah Korea Utara secara resmi mengonfirmasi telah mengerahkan pasukannya untuk mendukung Rusia.

Kim Jong Un foto bersama pasukan Korea Utara (x.com)
Kim Jong Un foto bersama pasukan Korea Utara (x.com)

Kantor berita negara KCNA melaporkan bahwa pasukan Korea Utara membantu Moskow dalam upaya merebut kembali wilayah di Kursk, Rusia, yang sebelumnya dikuasai Ukraina.

Konfirmasi dari Pyongyang mengakhiri spekulasi yang telah beredar selama berbulan-bulan.

Sebelumnya, pemerintah Korea Selatan dan Amerika Serikat telah berulang kali menuduh Korea Utara mengirim pasukan dan persenjataan untuk membantu upaya militer Rusia, namun tidak pernah ada pengakuan terbuka dari kedua negara hingga pekan ini.

Menurut Lee, sekitar 2.000 tentara Korea Utara telah dipulangkan tahun ini dan kini ditahan secara terpisah di Pyongyang dan lokasi-lokasi lain di seluruh Korea Utara.

Ia juga menyebut bahwa jenazah prajurit yang gugur dikremasi di Kursk sebelum dikirim kembali ke tanah air mereka.

Baca Juga: 3 Negara Eropa yang Bisa Dihadapi Timnas Indonesia pada FIFA Matchday September 2025

“Korea Utara mendukung perebutan kembali Kursk oleh Rusia dengan mengerahkan 18.000 tentara dalam dua tahap,” jelas Lee.

Namun, ia menambahkan bahwa intensitas bentrokan telah menurun sejak Maret, meskipun laporan terkait pelanggaran disiplin seperti konsumsi alkohol berlebihan dan pencurian mulai bermunculan di kalangan pasukan Korea Utara.

Pemerintah Korea Selatan mengecam keras pengerahan ini, termasuk pengiriman kontainer berisi senjata dan rudal oleh Pyongyang ke Rusia. Sebagai imbalannya, Korea Utara disebut menerima dukungan teknis militer dari Moskow.

NIS juga mencatat bahwa pengalaman tempur para prajurit Korea Utara meningkat drastis selama enam bulan terakhir.

“Kurangnya pengalaman di awal telah berkurang dan mereka menjadi lebih mahir dalam menggunakan sistem persenjataan baru, termasuk drone,” ungkap Lee.

Meski belum ada konfirmasi resmi lebih lanjut, Lee menyatakan bahwa kemungkinan Korea Utara akan kembali mengirim pasukan ke Rusia tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan.

Sebelumnya, Seoul mengungkap bahwa pasukan Korea Utara yang dikirim ke medan tempur termasuk dari unit elite Korps Badai, dan mereka diperintahkan untuk melakukan bunuh diri jika tertangkap oleh musuh.

Kerja sama militer antara Moskow dan Pyongyang semakin erat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 2022.
Kedua negara bahkan menandatangani perjanjian pertahanan besar pada tahun lalu, termasuk klausul pertahanan bersama, yang ditandatangani saat Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kunjungan langka ke Korea Utara.

Sementara itu, Komandan militer tertinggi Ukraina, Jenderal Oleksandr Syrskyi, mengungkapkan bahwa pasukan Rusia telah meningkatkan intensitas aktivitas tempur mereka secara signifikan. Padahal sebelumnya Rusia menyuarakan kesiapan untuk menghentikan pertempuran selama libur nasional Mei.

Dalam pernyataan resmi yang dirilis melalui kanal Telegram miliknya, Syrskyi menyebut bahwa serangan Rusia kini terkonsentrasi di wilayah Pokrovsk.

Pokrovsk adalah sebuah daerah strategis di timur Ukraina yang menjadi garis depan dalam konflik berkepanjangan antara kedua negara.

"Meskipun ada pernyataan keras tentang kesiapan untuk gencatan senjata pada liburan Mei, para penjajah telah meningkatkan intensitas aksi tempur secara signifikan, dengan memfokuskan upaya utama mereka pada arah Pokrovsk," tulis Syrskyi usai melakukan kunjungan langsung ke garis depan dan bertemu dengan brigade yang mempertahankan wilayah tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI