Damai? India dan Pakistan Sepakat Gencatan Senjata Dadakan

Andi Ahmad S Suara.Com
Sabtu, 10 Mei 2025 | 22:23 WIB
Damai? India dan Pakistan Sepakat Gencatan Senjata Dadakan
Ilustrasi Pakistan dan India [Foto: X @ben]

Suara.com - India dan Pakistan menyepakati untuk melakukan gencatan senjata atau damai dalam perang, setelah sebelumnya kedua negara itu saling melakukan serangan.

Dilansir dari Sputnik, Gencatan senjata antara India dan Pakistan telah dimulai sejak Sabtu pukul 17.00 waktu setempat (18.30 WIB).

Informasi itu disampaikan Kepala Kementerian Luar Negeri India Vikram Misri.

Dia mengatakan bahwa kepala operasi militer Pakistan menelepon mitranya dari India pada pukul 15.35 waktu setempat.

Mereka sepakat untuk menghentikan pertempuran mulai Sabtu pukul 17.00.

"Kedua pihak sudah menerima instruksi untuk menjalankan kesepakatan ini,” kata Misri dalam konferensi pers.

Dia juga mengatakan bahwa para kepala operasi militer dari kedua negara akan kembali berbicara pada 12 Mei pukul 12.00.

Ketegangan meningkat antara India dan Pakistan setelah serangan teroris terjadi pada 22 April di dekat Pahalgam, kota yang berada wilayah Jammu dan Kashmir India.

Serangan itu menewaskan 26 orang, termasuk seorang warga negara Nepal. Kelompok pemberontak Front Perlawanan mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Baca Juga: Bukan Sekadar Tetangga, Prabowo Buktikan Indonesia Jadi 'Saudara Baik' di Panggung Dunia

India menyalahkan Pakistan atas serangan tersebut. Tingkat hubungan diplomatik kedua negara lalu diturunkan, Perjanjian Air Indus ditangguhkan, dan satu-satunya jalur perbatasan darat yang menghubungkan kedua negara ditutup.

Perdana Menteri India Narendra Modi memberikan kebebasan pada militer untuk menentukan cara, sasaran, dan waktu untuk membalas serangan di Pahalgam.

Bukan Sekadar Tetangga

Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya menjadikan Indonesia sebagai 'tetangga yang baik' tidak hanya bagi negara-negara Asia Tenggara, tetapi juga bagi dunia internasional.

Kebijakan ini telah ia suarakan sejak masa kampanye, dan kini menjadi pilar utama diplomasi luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinannya.

Prabowo, yang mengidolakan Presiden Pertama RI Soekarno, juga berkomitmen melanjutkan prinsip politik luar negeri bebas aktif serta semangat Gerakan Non-Blok.

Kunjungan Diplomatik sebagai Presiden Terpilih

Sebelum resmi dilantik sebagai Presiden ke-8 RI pada 20 Oktober 2024, Prabowo telah melakukan lawatan ke sejumlah negara ASEAN serta mitra strategis seperti Rusia, China, dan Prancis.

Dalam masa transisi itu, ia mulai mengenalkan konsep “good neighbour policy”, mencerminkan filosofi bahwa dalam kehidupan berbangsa, tetangga adalah saudara terdekat yang saling membantu.

Diplomasi Personal: Lebih dari Sekadar Tetangga

Setelah menjabat, Prabowo mengunjungi 12 negara untuk memperkuat hubungan bilateral dan multilateral: China, Amerika Serikat, Peru, Brasil, Inggris, Mesir, India, Malaysia, UEA, Turki, Qatar, dan Yordania.

Kedekatan personal Prabowo dengan para pemimpin dunia turut mencuri perhatian:

  • PM India Narendra Modi menyambut hangat dengan sapaan “brother”.
  • PM Malaysia Anwar Ibrahim menyebut Prabowo sebagai sahabat lama yang setia sejak masa sulit.
  • Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat sambutan luar biasa saat berkunjung ke Indonesia, termasuk dijemput langsung dan dipayungi oleh Prabowo saat hujan.
  • Raja Yordania Abdullah II bahkan menjemput Prabowo di bandara dan menyetir sendiri mobil kepresidenan, mengenang persahabatan mereka sejak muda sebagai prajurit.

Membangun Kepercayaan Global

Lewat kedekatan emosional dan diplomasi hangat ini, Prabowo tak hanya menjalankan konsep “tetangga yang baik”, tapi juga membangun citra Indonesia sebagai mitra terpercaya di tengah dinamika global yang semakin kompleks.

Prinsip “Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak” terus digaungkan Prabowo sebagai dasar hubungan luar negeri. Dalam situasi geopolitik yang tidak menentu, hubungan antarpemimpin menjadi kunci untuk menjaga kestabilan ekonomi dan keamanan global.

Seperti kata pepatah, “friend in need is a friend indeed” — sahabat sejati adalah yang hadir saat dibutuhkan. Melalui pendekatan ini, Indonesia berharap mampu memperkuat posisi strategisnya dalam percaturan global ke depan [Antara].

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI