Adapun lunch box dari kayu rakyat ini, kata Menhut, akan diekspor ke Taiwan dan nantinya digunakan sebagai lunch box di kereta api.
Ekspor dilakukan per 2-3 minggu sekali dengan jumlah kapasitas satu kontainer sebanyak 800-850 buah.
Menhut Raja Antoni pun turut meninjau langsung proses pembuatan produk ini, dari mulai pemotongan kayu sengon, pengeringan, penipisan, hingga proses pengemasan.
“Yang mungkin bisa saya tawarkan adalah justru saya bertanya, apa yang kira-kira terutama dalam kebijakan, kira-kira kebijakan apa yang bisa saya keluarkan dan terapkan untuk mendukung atau memperbesar skala bisnis ini,” ujar Menhut.
Beberapa contoh terkait bantuan regulasi di antaranya adalah mengenai letak penanaman hutan bahan baku, hingga keragaman dan kualitas bibit sengon.
Menhut juga mengatakan akan membantu mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang nantinya dapat menggunakan produk lunch box hasil UMKM ini.
Menurutnya, perusahaan-perusahaan di bidang food and beverage (F&B) yang memiliki orientasi jangka panjang.
“Nanti kita coba identifikasi perusahaan-perusahaan yang punya skala besar dan juga punya kesadaran pentingnya lingkungan hidup, dengan mengurangi plastik dan styrofoam. Kita cari nanti perusahaan-perusahaan yang memiliki orientasi jangka panjang,” kata Raja Antoni.
Sebagai informasi, produk ini memanfaatkan kayu budidaya dari Areal Penggunaan Lain (APL) yang bebas dari kawasan hutan negara.
Baca Juga: Wamen PPPA Veronica Tan Akui Perempuan Jadi Tulang Punggung Perhutanan Sosial
Produk yang dihasilkan seperti lunch box ini ramah lingkungan menjadi solusi pengganti penggunaan plastik dan styrofoam yang tidak ramah lingkungan.