Tak Sekadar Cari Nafkah, Kemendukbangga Ungkap Rahasia Jadi Ayah Idaman

Senin, 12 Mei 2025 | 12:42 WIB
Tak Sekadar Cari Nafkah, Kemendukbangga Ungkap Rahasia Jadi Ayah Idaman
Ilustrasi ayah dan anak di perjalanan (Pixabay/921563)

Suara.com - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) mendorong peran aktif seorang ayah dalam mendidik anak, tidak hanya sekadar sebagai pencari nafkah.

Sekretaris Kemendukbangga Budi Setiyono menekankan bahwa anak-anak tidak hanya butuh materi, tapi juga butuh kehadiran, keteladanan, dan kasih sayang seorang ayah.

Menurutnya, ayah merupakan pilar keluarga sekaligus menjadi sekolah pertama bagi anak lelakinya serta cinta pertama bagi anak perempuannya yang kelak akan menjadi referensinya dalam mencari pasangan hidup.

“Kita tak bisa lagi menjadi ayah seperti zaman dulu, diam, otoriter, jarang bicara. Dunia anak-anak kita sudah berbeda. Dan kalau kita tidak ikut berubah, maka kita akan kehilangan mereka,” kata Budi saat Kelas Gerakan Ayah Teladan (GAT-Link) dari Kemendukbangga beberapa hari lalu, ditulis Senin (12/5/2025).

Menurut Budi, ayah teladan zaman sekarang ditandai dengan kehadirannya secara fisik dan emosional. Hal itu dubuktikan dengan sikap mau mendengar, belajar, bahkan mau meminta maaf apabila melakukan kesalahan kepada anggota keluarganya.

"Diingatkan juga agar seorang ayah tidak perlu malu menunjukkan kasih sayang. Dan jangan gengsi mengucapkan kata ‘Ayah sayang kamu.’ “Itu bukan kelemahan. Itu kekuatan,” kata Budi.

Dia memaparkan sederet penelitian yang menyebutkan kalau banyak ayah yang hadir secara fisik, tapi kosong secara emosional. Dalam artian, kehadirannya ada di rumah, tapi pikiran dan jiwanya jauh lantaran sibuk dengan gawai, pekerjaan, atau urusan lainnya.

Penelitian menunjukkan bahwa waktu berkualitas antara ayah dan anak sangat mempengaruhi kepercayaan diri, prestasi akademis, dan stabilitas emosi anak. Tidak perlu mahal. Cukup 20 menit sehari dengan bermain, ngobrol, makan bersama, atau membaca cerita. Tapi lakukan dengan hadir penuh, tanpa distraksi.

“Mungkin ada di antara kita yang merasa terlambat. Anak-anak sudah remaja, atau bahkan sudah dewasa. Kita merasa gagal. Tapi ketahuilah, tidak ada kata terlambat untuk berubah. Kita tidak dituntut untuk menjadi sempurna, tapi kita dituntut untuk terus belajar. Minta maaf jika perlu. Peluk mereka," pesan Budi.

Baca Juga: Pundi-Pundi Uang Ayah Metua Luna Maya, Serpak Terjang Profesinya Tidak Main-Main

Dia mengingatkan kalau peran spiritual ayah sangat penting. Bukan hanya menyuruh, tapi juga mengajak. Bukan hanya memerintah, tapi memberi contoh.

Cegah Krisis Demografi

Di sisi lain, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji menyebut pentingnya perubahan budaya kerja baru yang lebih kolaboratif dalam mengendalikan penduduk untuk mencegah krisis demografi.

“Kita tidak hanya bicara pengendalian penduduk, tapi bagaimana penduduk tumbuh seimbang dan kualitas hidup meningkat. Jangan sampai kita menghadapi krisis demografi seperti negara-negara maju," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (7/5/2025).

Ia menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur di Surabaya pada Selasa (6/5), sekaligus menekankan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan dan keluarga.

Dalam kunjungan tersebut, Wihaji sekaligus menandatangani prasasti Ruang Terbuka Hijau, dilanjutkan dengan dialog bersama seluruh pegawai.

Ia juga menyampaikan apresiasinya kepada para pegawai yang bekerja di lini lapangan dan telah menjalankan berbagai program terbaik hasil cepat (quick wins), seperti Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), AI SuperApp berbasis keluarga, serta Lansia Berdaya.

"Terima kasih bapak ibu yang punya tugas luar biasa di lini lapangan untuk mengerjakan lima quick wins kita. Kinerja teman-teman adalah kunci keberhasilan," ucapnya.

Mendukbangga juga menekankan pentingnya komunikasi dalam keluarga, utamanya di tengah derasnya arus digital.

"Kita harus aktif membangun komunikasi di rumah. Jangan sampai anak-anak lebih akrab dengan gawai daripada orang tuanya," katanya.

Pada kesempatan tersebut, Wihaji juga turut menanam pohon beringin sebagai salah satu cerminan komitmen pelestarian lingkungan sebagai bagian integral dari pembangunan keluarga.

"Pohon beringin ini bukan hanya pohon, tapi simbol naungan, perlindungan, dan keseimbangan. Kita ingin Kemendukbangga/BKKBN menjadi naungan yang teduh bagi keluarga-keluarga Indonesia," tuturnya.

Menurutnya, jika persoalan dalam keluarga bisa diselesaikan, sebagian besar masalah sosial dan ekonomi juga dapat terurai.

"Menjadi pekerjaan rumah kita untuk memastikan bagaimana keluarga berencana itu berjalan, di mana terdapat tiga indikator yaitu mandiri, tenteram, dan bahagia," paparnya.

Ia optimis dengan pendekatan yang lebih segar dan menyentuh akar permasalahan keluarga, program-program kementerian akan lebih berdampak nyata.

"Mari kita bangun budaya baru, yang lebih adaptif, partisipatif, dan fokus pada dampak. Kualitas hidup masyarakat adalah tujuan utama kita," demikian Wihaji.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI