Meski naik-turun dalam jangka pendek, data historis menunjukkan bahwa saham hijau secara umum menghasilkan keuntungan lebih besar dalam jangka panjang.
Sejak 2008, saham hijau berhasil memberikan kinerja 59 persen lebih tinggi secara kumulatif dibanding tolok ukur pasar. Bahkan, dalam 70 persen dari periode lima tahunan yang diamati, saham hijau mengungguli pasar umum.
Jika dipandang sebagai sektor tersendiri, ekonomi hijau saat ini bisa disebut sebagai sektor terbesar keempat di dunia setelah teknologi, industri, dan kesehatan. Sub-sektor yang paling menonjol adalah manajemen dan efisiensi energi, yang mencakup hampir setengah dari total nilai ekonomi hijau global.
Secara wilayah, Asia menjadi penyumbang pendapatan hijau terbesar (44 persen ), sementara negara-negara berkembang mengalami pertumbuhan pendapatan hijau hampir dua kali lebih cepat dibanding negara-negara maju.
Menariknya, tren baru juga muncul dari meningkatnya fokus pada adaptasi dan ketahanan terhadap perubahan iklim. Pemerintah di berbagai negara mulai mengalokasikan anggaran untuk menghadapi risiko iklim, seperti banjir dan gelombang panas. Hal ini juga tercermin dalam dunia bisnis, di mana sekitar 34 persen perusahaan besar dan menengah kini sudah menyebutkan strategi adaptasi iklim dalam laporan tahunannya.
Untuk mendukung pendanaan sektor ini, obligasi hijau, yakni surat utang khusus untuk proyek ramah lingkungan, menjadi instrumen penting. Tahun 2024 saja, penerbitan obligasi hijau mencapai rekor baru senilai US$572 miliar. Sebagian besar dana ini diarahkan untuk mendanai proyek-proyek adaptasi dan ketahanan iklim.
Meskipun saham hijau bisa naik-turun dalam jangka pendek, potensi jangka panjangnya tetap kuat. Bagi investor yang berpikir jauh ke depan dan peduli lingkungan, sektor hijau bisa menjadi pilihan yang menjanjikan.