Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren positif dengan ditutup menguat sebesar 0,94% pada perdagangan terakhir pekan lalu. Penguatan ini sejalan dengan sentimen positif yang melanda bursa global, terutama Wall Street, yang mencatatkan kenaikan signifikan sepanjang pekan.
Optimisme pasar dipicu oleh meredanya kekhawatiran akan eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, meskipun investor juga mencermati data ekonomi regional yang bervariasi.
Kinerja positif IHSG pada penutupan perdagangan Jumat (17/5/2025) juga didukung oleh aliran dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia. Tercatat, net buy asing mencapai sekitar Rp810 miliar, dengan saham-saham perbankan dan teknologi menjadi incaran utama investor asing.
Saham-saham seperti BMRI, GOTO, ANTM, TLKM, dan BBCA menjadi yang paling banyak diborong oleh investor asing pada sesi perdagangan tersebut.
Analis harian BNI Sekuritas memprediksi bahwa IHSG berpotensi melanjutkan tren penguatan pada perdagangan hari ini, Senin (19/5/2025), dengan target resisten awal berada di level 7.150. Optimisme ini didorong oleh sentimen positif dari global, terutama harapan akan perbaikan pertumbuhan ekonomi di China yang dapat memberikan katalis positif bagi pasar saham kawasan, termasuk Indonesia.
Meskipun demikian, investor juga perlu mencermati level support IHSG yang berada di kisaran 7.000-7.050 sebagai area pantulan jika terjadi koreksi pasar. Sementara itu, level resisten selanjutnya yang perlu diperhatikan jika IHSG berhasil menembus 7.150 adalah area 7.200.
Beberapa saham yang direkomendasikan untuk dicermati pada perdagangan hari ini oleh analis pasar antara lain adalah BUMI, CUAN, BRPT, BRIS, RAJA, dan CTRA. Rekomendasi ini didasarkan pada analisis teknikal dan potensi pergerakan harga saham-saham tersebut dalam jangka pendek.
Wall Street Melesat Didukung Sektor Teknologi
Kinerja positif IHSG tidak terlepas dari sentimen kuat yang datang dari Wall Street. Pada perdagangan Jumat pekan lalu (16/5), indeks-indeks utama AS mencatatkan kenaikan signifikan, dengan S&P 500 bahkan mencatat kenaikan selama lima hari berturut-turut. S&P 500 ditutup menguat 0,70%, Nasdaq Composite naik 0,52%, dan Dow Jones Industrial Average menguat 0,78%.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Lanjutkan Reli Penguatan Hingga ke Level 7.100, Cek Saham-saham Cuan
Sepanjang pekan lalu, indeks Nasdaq Composite mencatatkan kenaikan terbesar di antara indeks utama, yaitu sebesar 7,2%. Penguatan ini didorong oleh kinerja impresif saham-saham teknologi raksasa. Saham Nvidia melonjak sekitar 16% dalam sepekan, diikuti oleh Meta Platforms yang naik 8%, Apple menguat 6%, dan Microsoft naik 3%. Kinerja positif sektor teknologi ini memberikan sentimen positif bagi pasar global, termasuk IHSG yang memiliki sejumlah saham teknologi dengan kapitalisasi besar.
Meskipun demikian, kenaikan Wall Street terjadi di tengah rilis data sentimen konsumen dari University of Michigan yang menunjukkan pelemahan. Indeks sentimen konsumen berada di posisi terendah kedua dalam sejarah. Selain itu, konsumen juga memproyeksikan kenaikan inflasi menjadi 7,3% dalam setahun ke depan, meningkat dari 6,5% pada bulan sebelumnya. Data ini memberikan sinyal bahwa meskipun pasar saham menguat, kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi dan inflasi di AS masih membayangi.
Investor kini juga menanti kejelasan lebih lanjut mengenai arah kebijakan perdagangan AS. Presiden Donald Trump sebelumnya menyatakan bahwa pemerintahannya akan mengirimkan surat kepada sejumlah negara dalam dua hingga tiga pekan ke depan untuk menetapkan tarif baru, menggantikan proses negosiasi dagang yang dianggap terlalu lambat. Perkembangan kebijakan perdagangan AS ini akan terus menjadi perhatian pasar global.
Bursa Asia Bervariasi Ditengah Data Ekonomi Jepang yang Kontraksi:
Sementara itu, pergerakan bursa saham Asia-Pasifik pada Jumat (17/5/2025) menunjukkan variasi. Investor di kawasan mencermati data terbaru produk domestik bruto (PDB) Jepang yang kurang menggembirakan serta menanti sejumlah rilis data ekonomi penting lainnya dari kawasan.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup stagnan 0,0%, sementara indeks Topix naik tipis 0,05%. Pergerakan ini terjadi setelah data menunjukkan bahwa ekonomi Jepang mengalami kontraksi sebesar 0,2% quarter-on-quarter (QoQ) pada periode Januari-Maret. Angka ini lebih buruk dari ekspektasi pasar yang memperkirakan kontraksi sebesar 0,1%. Data ini muncul di tengah berlangsungnya negosiasi perdagangan antara Jepang dan AS.