20 Tahun Angkut Sampah, Arifin Dilantik Jadi Lurah di Kabupaten Bone

Muhammad Yunus Suara.Com
Senin, 19 Mei 2025 | 13:43 WIB
20 Tahun Angkut Sampah, Arifin Dilantik Jadi Lurah di Kabupaten Bone
Arifin, Sopir Truk Sampah dilantik jadi Lurah Bukaka, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan [Suara.com/Istimewa]

Suara.com - Jumat, 16 Mei 2025, siang itu, Arifin baru saja bersiap untuk melaksanakan salat. Seketika sebuah kabar mengejutkan datang menghampiri.

Pukul 11.30 Wita tepat, ia dihubungi bahwa namanya masuk dalam daftar pejabat yang akan dilantik Bupati Kabupaten Bone, Andi Asman Sulaiman.

Arifin mendapat undangan akan dilantik sebagai Lurah Bukaka, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, siang itu juga.

Hanya berselang tiga jam sebelum pelantikan dimulai.

"Saya kaget pelantikannya jam 2.30 siang. Tidak ada persiapan apa-apa. Kaget sekali," kata Arifin dengan tawa kecil mengenang momen mendebarkan itu, Senin, 19 Mei 2025.

Ia mengaku keteteran sehingga tak sempat memilih pakaian dinas yang tepat.

Arifin mengenakan pakaian pinjaman meski lambang di dada menunjukkan simbol desa, bukan kelurahan.

"Untungnya saya ingat punya keluarga kepala desa jadi pakaian dan sepatunya saya pinjam," sebutnya.

Namun, baginya yang terpenting adalah niat dan keikhlasan dalam menerima amanah.

Baca Juga: PLN Tak Hanya Jual Listrik: Buktikan Komitmen Lingkungan dengan Kelola Sampah

"Sebelum dilantik itu jujur saya was-was. Apakah saya bisa pikul amanah ini atau tidak. Tapi saya harus jalani agar tahu saya mampu atau tidak," lanjutnya lirih.

Arifin, Sopir Truk Sampah dilantik jadi Lurah Bukaka, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan [Suara.com/Istimewa]
Arifin, Sopir Truk Sampah dilantik jadi Lurah Bukaka, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan [Suara.com/Istimewa]

Sopir Mobil Sampah

Namun siapa sangka. Sosok yang kini duduk di kursi lurah itu adalah orang yang memulai kariernya dari belakang kemudi motor sampah.

Ceritanya begini. Pada tahun 2003, Arifin memulai pengabdiannya sebagai tenaga honorer pengangkut sampah di Kabupaten Bone.

Ia adalah orang pertama yang mengendarai motor sampah di daerahnya. Sebuah pekerjaan yang saat itu masih dipandang sebelah mata.

Enam tahun kemudian, pada 2009, Arifin diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan tugas yang sama.

"Dulu saya dianggap remeh, bahkan keluarga pun sempat menganggap pekerjaan ini rendah. Tapi saya tetap jalani, sambil kuliah agar tidak dianggap sebelah mata," tuturnya.

Setelah menjadi PNS, Arifin dipercaya menjadi koordinator armada pengangkut sampah. Namun tanggung jawab itu tak membuatnya lepas tangan.

Jika ada petugas lain yang berhalangan, Arifin tak segan turun tangan langsung mengangkut sampah sendiri.

Dedikasinya tidak berhenti di sana. Ketika kemudian diberi amanah mengurus Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Arifin tetap aktif mengangkut sampah menggunakan mobil pick up operasional yang seharusnya hanya untuk koordinasi.

"Itu atas inisiatif saya sendiri. Mobil itu saya pakai tiap hari buat bantu angkut sampah. Karena saya tahu, kerja kita di lapangan itu nyata, dan harus ada yang peduli untuk kebersihan," jelasnya.

Semangat Arifin dalam bekerja bukan hanya soal tanggung jawab, tetapi juga nilai. Baginya, pekerjaan yang bersentuhan dengan sampah adalah bentuk pengabdian tertinggi.

"Saya selalu bilang ke teman-teman, jangan pernah merasa kecil. Pekerjaan kita ini mulia. Di Al Quran pun disebutkan "kebersihan adalah bagian dari iman."

Kini, setelah lebih dari dua dekade mengabdi, Arifin mendapat kepercayaan untuk mengemban tugas yang jauh lebih besar.

Namun semangat dan visinya tetap sederhana. Bagaimana menciptakan lingkungan yang bersih dan masyarakat yang berdaya.

Ia mengaku bupati Andi Asman berpesan agar bisa membuat wilayah kerjanya bersih, damai dan tentram.

"Saya ingin wilayah kerja saya bersih dan hidup. Tidak hanya dari sisi lingkungan, tapi juga manusianya. Kita integrasikan dengan program pemerintah daerah dan pusat, agar pembangunan tidak setengah-setengah," ucapnya dengan antusias.

Ia juga meyakini bahwa keberhasilan kariernya tak lepas dari dukungan orang-orang terdekat. Ada keluarga atau pun sahabatnya.

Arifin melayani masyarakat di kantor Lurah setelah dilantik jadi Lurah Bukaka, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan [Suara.com/Istimewa]
Arifin melayani masyarakat di kantor Lurah setelah dilantik jadi Lurah Bukaka, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan [Suara.com/Istimewa]

"Tentunya keluarga dan sahabat sangat berjasa. Mungkin ini makna dari punya banyak teman. Itu rezeki juga," tuturnya.

Di akhir perbincangan, Arifin bercerita tentang seorang rekannya sesama pengangkut sampah yang berhasil naik haji dari hasil memilah dan menjual sampah setiap hari.

Menurutnya, meskipun sering dianggap kecil atau bahkan dipandang hina, pekerjaan ini bisa menjadi jalan pengabdian yang suci. Asalkan dilakukan dengan sepenuh hati dan niat yang lurus.

"Dia bukti bahwa bukan cuma tukang bubur yang bisa naik haji. Teman saya dari sampah pun bisa," ujarnya sambil tertawa bangga.

Kisah Arifin menjadi pengingat bahwa pekerjaan sekecil apa pun jika dilakukan dengan tulus dan konsisten akan membuka jalan ke arah yang besar.

Arifin bukan hanya mengangkut sampah, tapi juga memberi harapan bagi siapa pun yang memulai karir dari bawah atau pun sedang berjuang dalam pekerjaan yang mungkin dianggap kecil oleh orang lain.

Harapan bahwa ketekunan, integritas, dan pengabdian tanpa pamrih selalu membuka pintu rejeki.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI