suara hijau

Tingkat Daur Ulang Global Anjlok, Konsumsi Material di Dunia Kian Tak Terkendali

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 19 Mei 2025 | 14:47 WIB
Tingkat Daur Ulang Global Anjlok, Konsumsi Material di Dunia Kian Tak Terkendali
Ilustrasi daur ulang (unsplash.com/Sigmund)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Upaya daur ulang global saat ini gagal mengimbangi laju konsumsi dunia yang terus meningkat. Laporan terbaru dari lembaga think tank asal Belanda, Circle Economy, menunjukkan bahwa hanya 6,9 persen dari 106 miliar ton bahan yang digunakan setiap tahun berasal dari sumber daur ulang.

Angka ini terus menurun selama delapan tahun berturut-turut, dari 9,1 persen pada 2015. Penurunan ini dianggap sebagai bukti bahwa sistem ekonomi dunia masih sangat bertumpu pada model produksi dan konsumsi tanpa batas, sementara tanggung jawab atas limbah yang dihasilkan sangat minim.

“Masalah ini bersifat sistemik,” ujar para peneliti Circle Economy dalam laporan tahunan mereka. Mereka menyebut bahwa konsumsi global tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan populasi dunia, dan mayoritas perusahaan masih mengabaikan penggunaan material daur ulang—tanpa konsekuensi hukum maupun ekonomi yang jelas.

Menurut laporan tersebut, bahkan dalam skenario paling ideal—di mana seluruh barang yang bisa didaur ulang benar-benar diproses ulang—tingkat daur ulang global hanya akan mencapai 25 persen. Artinya, sistem daur ulang saja tidak cukup untuk mengatasi krisis limbah yang terus meningkat. Diperlukan upaya lebih besar untuk menekan konsumsi secara menyeluruh.

Kegiatan daur ulang sampah (Dok. Herbalife Nutrition)
Kegiatan daur ulang sampah (Dok. Herbalife Nutrition)

CEO Circle Economy, Ivonne Bojoh, menyebut bahwa krisis lingkungan saat ini memerlukan perubahan sistemik yang lebih mendalam. “Analisis kami jelas: bahkan di dunia yang ideal, kita tidak bisa menyelesaikan krisis tiga planet—krisis iklim, polusi, dan kehilangan keanekaragaman hayati—hanya dengan daur ulang,” ujarnya.

Bojoh menekankan pentingnya penerapan ekonomi sirkular yang lebih luas. Ini mencakup pengelolaan biomassa secara berkelanjutan, pemanfaatan kembali stok material dalam bangunan dan infrastruktur, serta penghentian praktik membuang bahan terbarukan ke tempat pembuangan akhir.

Meski kesadaran masyarakat terhadap pentingnya daur ulang meningkat, kenyataannya penggunaan bahan baku baru tetap mendominasi. Dari 2018 hingga 2021, pemanfaatan bahan daur ulang dalam proses produksi memang meningkat sebesar 200 juta ton. Namun, lonjakan ini masih kalah jauh dibanding pertumbuhan ekstraksi bahan mentah baru.

Data menunjukkan bahwa selama 50 tahun terakhir, ekstraksi bahan baku dunia meningkat lebih dari tiga kali lipat. Kini, dunia menambang dan memanfaatkan lebih dari 100 miliar ton material per tahun. Jika tidak ada intervensi besar-besaran, angka ini diperkirakan akan melonjak 60 persen lagi pada 2060.

Ketimpangan konsumsi global juga menjadi sorotan utama. Konsumsi per kapita global naik dari 8,4 ton pada 1970 menjadi 12,2 ton pada 2020. Namun, distribusi konsumsi ini sangat timpang. Negara-negara berpenghasilan tinggi mengonsumsi hingga enam kali lebih banyak dibanding negara berpenghasilan rendah—rata-rata 24 ton per orang berbanding 4 ton.

Baca Juga: Perusahaan Ini Sulap 25 Ton Limbah Logistik untuk Didaur Ulang

Uni Eropa dan Amerika Serikat, yang hanya mencakup 10 persen populasi dunia, justru menyerap lebih dari setengah total bahan mentah global.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI