Suara.com - Perubahan iklim, krisis energi, dan tumpukan sampah yang terus meningkat menjadi tantangan besar yang dihadapi semua sektor, termasuk industri keuangan. Tanpa upaya serius, aktivitas bisnis akan terus menyumbang emisi dan limbah yang memperparah kondisi lingkungan.
Menanggapi tantangan ini, berbagai perusahaan mulai mengubah cara kerja dan investasinya agar lebih bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
Salah satu perusahaan yang telah mengambil langkah nyata menuju bisnis berkelanjutan adalah PT AIA FINANCIAL (AIA). Komitmen tersebut tercermin dalam Laporan Keberlanjutan 2024, yang menyoroti upaya AIA dalam membantu masyarakat hidup Lebih Sehat, Lebih Lama, dan Lebih Baik. Laporan tersebut juga menunjukkan capaian AIA di lima pilar Strategi Keberlanjutan, yaitu Health & Wellness, Sustainable Investment, Sustainable Operation, People & Culture, serta Effective Governance.
“Sebagai bisnis jangka panjang, keberlanjutan bagi AIA adalah suatu keharusan. Lima pilar Strategi Keberlanjutan kami merupakan fondasi bagi kesuksesan jangka panjang kami, itulah sebabnya kami berkomitmen untuk terus mengambil tindakan nyata terhadap risiko iklim, mempromosikan kesehatan yang lebih baik di komunitas kami, dan mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ke dalam investasi serta operasional kam," ujar Chief Marketing Officer AIA, Kathryn Parapak dalam keterangannya.

Mereka memulai langkah konkret dengan mengurangi jejak karbon dari operasional perusahaan. Pada 2024, entitas ini berhasil mencatatkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 28,73% serta pengurangan konsumsi energi hingga 30,38% dibandingkan baseline tahun 2019. Seluruh sampah dari gedung pusat operasional mereka, AIA Central, kini 100% dikelola lebih lanjut tanpa dikirim langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Digitalisasi menjadi kunci efisiensi berkelanjutan, salah satunya melalui penerapan e-policy yang menggantikan dokumen fisik demi menekan penggunaan kertas.
Dalam hal investasi, perusahaan asuransi ini menerapkan prinsip keberlanjutan secara menyeluruh. Setiap aset dalam portofolio investasi asuransi tradisional telah dievaluasi menggunakan ESG Rating Scorecard internal.
Seluruh analis riset dan manajer portofolio diwajibkan memiliki sertifikasi Investasi LST dari CFA Institute. Pendekatan ini mencerminkan komitmen bahwa keberlanjutan tidak hanya menjadi tanggung jawab operasional, tetapi juga menjadi inti dari strategi investasi jangka panjang.
Di sisi sumber daya manusia, perusahaan juga membangun budaya kerja yang inklusif dan berkesadaran lingkungan. Saat ini, 55% dari seluruh karyawan adalah perempuan, dan 45% di antaranya menduduki posisi manajerial. Seluruh staf telah menyelesaikan pelatihan dasar ESG 101, memastikan bahwa keberlanjutan dipahami sebagai nilai bersama yang dijalankan di seluruh lini organisasi.
Pilar tata kelola yang efektif pun diperkuat. Pada 2024, institusi ini mencatat indeks kepuasan nasabah sebesar 93% dan nilai Net Promoter Score (NPS) mencapai 55—naik 7 basis poin dari tahun sebelumnya. Ini menunjukkan peningkatan kepercayaan publik terhadap layanan dan integritas korporasi.
Baca Juga: Sirine Bahaya Krisis Iklim Berbunyi Keras: Saatnya Pendidikan Jadi Garda Terdepan!
Perusahaan juga telah menerapkan Kode Etik yang mencakup kebijakan antikorupsi, antipencucian uang, dan kontra pendanaan terorisme, serta mengintegrasikan risiko perubahan iklim ke dalam kerangka kerja manajemen risiko perusahaan.
Sebagai bagian dari grup keuangan berskala Asia, unit operasional di Indonesia ini turut mendukung target ambisius untuk mencapai emisi nol bersih (net-zero) pada 2050, sejalan dengan standar Science Based Targets initiative (SBTi) yang telah divalidasi sejak 2023. Meski operasionalnya tidak menghasilkan emisi dalam skala besar, korporasi tetap mengambil tanggung jawab melalui pendekatan dekarbonisasi yang sistematis dan inovatif.
Sebagai anak perusahaan grup tersebut, inisiatif keberlanjutan unit bisnis di Indonesia juga turut mendukung komitmen yang ditetapkan oleh induk perusahaan. Sebagai perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan pertama di Asia Pasifik yang memiliki target Science Based Targets initiative (SBTi) yang telah divalidasi pada tahun 2023, grup ini menegaskan komitmennya untuk mencapai emisi nol bersih (net-zero) pada 2050.
Meskipun kegiatan operasional mereka tidak secara langsung berkontribusi terhadap emisi karbon dalam skala besar, komitmen ini, yang pertama kali diumumkan pada Desember 2021, terus menjadi panduan utama dalam perjalanan dekarbonisasi korporasi tersebut.