“Kami mendorong pemda menerapkan tiga pendekatan utama, yaitu pengendalian polusi, pengelolaan keanekaragaman hayati, dan manajemen sampah,” ujarnya.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Denis Chaibi, juga menegaskan pentingnya kolaborasi internasional. Menurutnya, kota-kota dapat memainkan peran transformatif melalui edukasi masyarakat dan reformasi kebijakan publik untuk menghadapi dampak perubahan iklim yang berbeda-beda.
Forum ini tidak hanya membahas tantangan, tetapi juga merayakan capaian. Kota-kota Asia Tenggara yang menunjukkan progres signifikan dalam aksi iklim menerima badge dari Global Covenant of Mayors (GCoM), sebagai bentuk pengakuan internasional atas komitmen mereka.
Kegiatan CRIF 2025 akan berlangsung selama dua hari, termasuk sesi panel tematik, penanaman pohon, dan kunjungan lapangan ke Tebet Eco-Park di Jakarta dan fasilitas pengelolaan sampah di Banyumas. Tujuannya adalah memperkenalkan praktik ketahanan berbasis masyarakat yang bisa direplikasi di wilayah lain.