Istana Ungkap Pemasangan Eskalator di Borobudur Atas Permintaan Prancis, Tanpa Dipaku atau Dibor

Bangun Santoso Suara.Com
Senin, 26 Mei 2025 | 13:54 WIB
Istana Ungkap Pemasangan Eskalator di Borobudur Atas Permintaan Prancis, Tanpa Dipaku atau Dibor
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi. (Suara.com/Novian)

Suara.com - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi membenarkan terkait pemasangan eskalator di Candi Borobudur. Menurutnya, pemasangan eskalator non-permanen itu berdasarkan permintaan dari Pemerintah Prancis dalam rangka kunjungan resmi Presiden Emmanuel Macron.

Dalam pernyataannya di kantor PCO, Gambir, Jakarta Pusat pada Senin (26/5/2025) hari ini, Hasan mengatakan, bahwa fasilitas yang disiapkan pemerintah merupakan sarana bantu sementara guna mendukung kelancaran kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke situs warisan dunia Candi Borobudur.

"Pemerintah kita, tanggal 28 atau 29 bulan ini akan menerima kunjungan kenegaraan dari negara yang sangat penting. Negara Perancis. Ini tentu sangat penting bagi Indonesia," katanya Hasan Nasbi sebagaimana dilansir Antara.

Menurut Hasan, kunjungan Presiden Macron akan didampingi langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.

Sebagai bagian dari agenda kunjungan kenegaraan, kata Hasan, pemerintah ingin memastikan tamu negara dapat mengakses dan menikmati keindahan serta kemegahan Candi Borobudur secara optimal, meskipun dengan waktu yang terbatas.

“Candi Borobudur itu kira-kira setinggi gedung 12 lantai. Jadi, Presiden Perancis tentu dalam kunjungan kenegaraan waktunya terbatas,” ujar Hasan.

Karerna itu, pemerintah menyiapkan dua fasilitas pendukung, yakni ramp atau jalur landai hingga level keempat, serta stair lift, semacam kursi bantu naik yang dipasang di sisi tangga, untuk menjangkau level atas hingga lantai ketujuh atau kedelapan.

Hasan menyatakan bahwa seluruh pemasangan dilakukan dengan prinsip konservasi yang ketat.

“Itu semua dibangun dengan pengawasan dari Kementerian Kebudayaan dan tidak ada paku, tidak ada bor. Jadi hanya ditaruh. Didudukkan, ditaruh saja. Jadi nanti ketika misalnya itu selesai, itu bisa dibongkar dengan mudah,” jelasnya.

Baca Juga: Pasang Stairlift di Candi Borobudur saat Prabowo Dampingi Macron, Istana: Kalau Kecapean Bisa Kusut

Ia juga menegaskan bahwa semua proses dilakukan di bawah pengawasan otoritas berwenang guna memastikan pelestarian warisan budaya tetap terjaga.

Penjelasan ini disampaikan Hasan untuk meredam kekhawatiran publik atas spekulasi yang berkembang di media sosial terkait potensi kerusakan cagar budaya.

Sebuah video yang beredar luas di media sosial, khususnya platform X, menunjukkan pemasangan pelat besi dan papan kayu di tangga Candi Borobudur.

Aktivitas tersebut memicu sorotan publik karena disebut-sebut sebagai bagian dari persiapan pemasangan eskalator menjelang kunjungan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Video ini kemudian diberitakan oleh berbagai media lokal dan turut menjadi perbincangan di ruang digital.

Kunjungan Macron

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot menyatakan bahwa kunjungan Macron ke Indonesia bertujuan untuk membuka babak baru hubungan kedua negara yang sudah terjalin selama 75 tahun.

Menurut Barrot, kunjungan Macron ke Indonesia untuk menangani sejumlah kerja sama seperti dalam bidang keamanan dan pertahanan, ekonomi, budaya, ilmiah dan akademis.

Barrot pun menilai bahwa hubungan Indonesia dan Prancis dapat menjadi landasan bagi hubungan antara Indonesia dan Uni Eropa.

Sebelum melawat ke Indonesia, Presiden Prancis Emmanuel Macron dilaporkan telah tiba di Vietnam dalam rangkaian pertama kunjungan kenegaraannya ke Asia Tenggara.

"Saya di sini untuk menguatkan kerja sama di sektor kunci: Pertahanan, inovasi, transisi energi, dan pertukaran budaya," kata Macron melalui media sosial X setelah tiba di Hanoi, Minggu (25/5).

Menegaskan komitmen Paris terhadap dialog, Macron mengatakan bahwa tantangan iklim, ekonomi, dan geopolitik di abad ini hanya dapat diselesaikan melalui kerja sama.

Dalam kunjungan yang akan berlangsung tiga hari tersebut, Macron akan bertemu Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam To Lam dan Presiden Luong Cuong, serta akan menyaksikan penandatanganan kesepakatan bilateral, demikian dilaporkan Vietnam News.

Kunjungan ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan Macron sejak 2017 di awal masa jabat pertamanya.

Lawatan tersebut merupakan kunjungan balasan setelah kunjungan To Lam ke Prancis Oktober tahun lalu, di mana kedua negara meningkatkan status hubungan bilateral menjadi kemitraan strategis komprehensif.

Prancis dan Vietnam menjalin hubungan diplomatik pada tingkat duta besar sejak April 1973.

Kerja sama antara kedua negara dalam sektor ekonomi dan perdagangan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Prancis merupakan mitra dagang terbesar Vietnam kelima di Eropa.

Nilai perdagangan bilateral tahun lalu mencapai 5,42 miliar dolar AS (sekitar Rp87,5 triliun), sementara nilai pada empat bulan pertama 2025 mencapai 1,79 miliar dolar AS (sekitar Rp28,9 triliun).

Setelah merampungkan agenda di Hanoi, Macron akan melanjutkan kunjungan kenegaraan ke Indonesia, di mana ia akan bertemu Presiden Prabowo Subianto di Jakarta.

Selepas itu, Presiden Prancis akan berkunjung ke Singapura untuk menyampaikan pernyataan kunci dalam Shangri-La Dialogue pada Jumat mendatang (30/5).

Kunjungan Asia Tenggara Macron kali ini dipandang merupakan upaya Prancis untuk menguatkan kerja sama ekonomi serta menghalau pengaruh China yang semakin meningkat di kawasan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?