suara hijau

Kelaparan di Sudan Jadi Pengingat: Dampak Pemanasan Global Nyatanya Mempengaruhi Isi Piring

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 28 Mei 2025 | 11:17 WIB
Kelaparan di Sudan Jadi Pengingat: Dampak Pemanasan Global Nyatanya Mempengaruhi Isi Piring
Ilustrasi kelaparan akibat pemanasan global. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketika suhu bumi terus meningkat, dampaknya bukan hanya pada es yang mencair atau cuaca yang tak menentu, tetapi juga pada isi piring masyarakat dunia.

Di Sudan, krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh konflik bersenjata kini semakin diperparah oleh dampak pemanasan global, menciptakan situasi yang harus menjadi peringatan keras bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Perang yang berkecamuk sejak April 2023 antara tentara reguler dan Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) telah melumpuhkan sistem kesehatan dan logistik Sudan, seperti dilansir ANTARA, Rabu (28/5/2025).

Namun ancaman yang tak kalah besar datang dari langit: suhu udara yang melonjak hingga 45°C, krisis air bersih, dan kegagalan infrastruktur akibat serangan terhadap fasilitas listrik.

Menurut Direktur Regional WHO untuk Mediterania Timur, Hanan Balkhy, sekitar 25 juta orang terdampak kelaparan, termasuk 770.000 anak-anak yang berisiko mengalami kekurangan gizi akut parah.

Wabah kolera, polio, campak, malaria, hingga demam berdarah turut memperburuk situasi. Organisasi Palang Merah Internasional (ICRC) bahkan memperingatkan bahwa sistem kesehatan di negara tersebut berada di ambang kehancuran total.

Pemanasan global menjadi katalis yang mempercepat krisis ini. Gelombang panas memperparah kekeringan dan mempercepat penyebaran penyakit. Krisis air yang sebelumnya sudah mengintai kini berubah menjadi bencana besar karena listrik padam dan distribusi terganggu. Sudan bukan hanya korban konflik, tetapi juga korban dari dunia yang kian memanas.

Pemanasan Global dan Kelaparan: Pola yang Mengancam Global

Kisah Sudan adalah potret nyata dari hubungan erat antara krisis iklim dan kelaparan. Menurut Global Report on Food Crises 2024, hampir 282 juta orang di 59 negara menghadapi kerawanan pangan akut. FAO bahkan mencatat bahwa satu dari sebelas orang di dunia mengalami kelaparan pada 2023.

Baca Juga: Gen Z Cemas Hadapi Krisis Iklim, Kolaborasi Lintas Generasi Jadi Kunci Solusi

Pemanasan global menyebabkan:

  1. Cuaca ekstrem seperti gelombang panas, banjir, dan kekeringan yang merusak pertanian.
  2. Penurunan produktivitas pertanian, di mana tanaman pangan utama mengalami stres termal.
  3. Gangguan distribusi pangan, akibat rusaknya infrastruktur dan kenaikan harga.

Dampak tak merata yang membuat negara-negara berkembang seperti Sudan dan banyak negara di Asia rentan terhadap bencana pangan.

Pemanasan Global Bikin Produksi Padi Indonesia Merosot

Indonesia bukan pengecualian. Tahun 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut produksi beras nasional turun akibat berkurangnya luas panen dan pengaruh El Niño. Fenomena ini menyebabkan musim hujan tertunda, mengurangi jumlah tanam, dan memperpanjang musim paceklik.

Hasil riset juga menunjukkan bahwa suhu tinggi dapat memperpendek umur tanaman dan menurunkan hasil panen, termasuk padi – bahan pokok utama Indonesia.

Jika kita tidak bersiap, skenario seperti Sudan bisa saja terjadi di beberapa wilayah rawan Indonesia – dari pesisir utara Jawa yang rentan intrusi air laut hingga daerah-daerah yang tergantung pada pola hujan musiman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI