Suara.com - Di tengah tekanan ekonomi dan ketidakpastian pasar, sektor properti di Indonesia masih menunjukkan pergerakan. Meski begitu, sejumlah tantangan mendasar seperti backlog perumahan belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian signifikan.
Wakil Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI), Bambang Ekajaya, menyebut kawasan pesisir bisa menjadi contoh pengembangan untuk sektor properti.
Bambang Ekajaya mencontohkan salah satu pengembangan kawasan pesisir seperti Pantai Indah Kapuk (PIK) yang berjalan konsisten, bahkan di tengah kondisi pasar yang dinamis.
“PIK adalah salah satu benchmark (tolak ukur/patokan untuk) properti nasional. Meski situasi pasar fluktuatif, pengembangan terus berlanjut hingga PIK 3 dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa jika konsep pengembangannya kuat dan konsisten, pasar tetap merespons positif,” beber Bambang Ekajaya dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Rabu (28/5/2025).
Di tengah laju pembangunan yang terus berjalan, angka backlog perumahan masih cukup tinggi. Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, terdapat kekurangan sekitar 15 juta unit rumah—menandakan bahwa kebutuhan dasar masyarakat akan hunian belum terpenuhi secara menyeluruh.

“Potensi pasarnya besar sekali. Tapi harus kita akui, lebih dari 70 persen kebutuhan properti saat ini datang dari segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan menengah bawah (MBT),” jelas Bambang Ekajaya.
Sayangnya, menurut Bambang, kemampuan negara dalam memenuhi kebutuhan kelompok tersebut belum ideal.
Pada 2025, pemerintah menargetkan pembangunan 420 ribu unit rumah bersubsidi. Angka itu masih jauh dari kebutuhan riil yang diperkirakan mencapai 3 juta unit per tahun.

“Gap (jarak) ini harus dijembatani dengan kebijakan yang lebih agresif dan dukungan dari semua pihak, termasuk sektor swasta. Tanpa itu, backlog akan semakin sulit dikejar,” ungkap Bambang Ekajaya.
Baca Juga: Siap Bongkar Borok Roy Suryo dkk ke Polisi, Silfester Matutina: Seenaknya Bunuh Karakter Pak Jokowi
Di sisi lain, lanjutnya, kondisi pasar juga membuka peluang bagi kalangan tertentu, khususnya investor dengan ketersediaan dana tunai.
Lebih lanjut, Bambang Ekajaya juga menambahkan, saat ini banyak lahan dan properti komersial yang ditawarkan di bawah harga pasar.
“Bagi yang punya dana cash (tunai), ini waktu yang sangat bagus untuk beli properti. Banyak aset bagus sedang ditawarkan dengan harga menarik. Tinggal pilih yang prospektif dan sesuai kebutuhan,” beber Bambang Ekajaya.
Mengenai jenis hunian, preferensi pasar masih cenderung mengarah ke rumah tapak. Sementara itu, hunian vertikal seperti apartemen dan kondominium belum menunjukkan pemulihan yang signifikan, terutama di kelas menengah ke bawah.
“Pasar masih lebih menyukai rumah tapak. Hunian vertikal belum sepenuhnya pulih, terutama di segmen menengah bawah. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pengembang dan pemerintah untuk mengubah persepsi dan menciptakan ekosistem vertikal yang nyaman,” papar Bambang Ekajaya.
Lebih lanjut, Bambang Ekajaya menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan properti nasional.