"Selama Iran diserang dan agresi masih terus berlanjut tentu kami akan melanjutkan bela diri aksi bela diri kami terhadap negara kami," ucapnya.
Boroujerdi menegaskan bahwa Iran bukan bagian dari Gaza yang tidak memiliki kekuatan untuk melakukan perlawanan.
Lantaran Gaza selama ini, lanjut Boroujerdi, telah dibuat tidak berdaya oleh Israel dengan cara menyebarkan kelaparan kemudian melakukan serangan, termasuk kepada wanita dan anak-anak.
"Kami adalah negara yang sangat kuat, yang mampu memberikan pembalasan dan bela diri dan ini menjadi momentum yang sangat penting bagi negara-negara yang dizalimi oleh rezim zionis," ucapnya.
"Khususnya bangsa Palestina di jalur Gaza, Lebanon dan juga berbagai negara lainnya, ketika mereka melihat Iran dengan kekuatannya memberikan pelajaran kepada rezim zionis mereka senang dan gembira dan kami pun senang dan gembira," katanya.
Kegembiraan mereka timbul, lantaran Negeri Para Mullah itu mampu memberikan perlawanan dan membela diri, dari serangan Israel.
“Kami membela negara kami, kedua karena kami untuk menjaga kepentingan dari umat Islam memberikan tamparan dan pelajaran kepada rezim zionis,” katanya.
Sebelumnya, ketegangan antara Iran dan Israel meningkat tajam setelah serangan udara terkoordinasi yang dilakukan militer Zionis pada sejumlah lokasi di Teheran, termasuk fasilitas militer dan nuklir, pada Jumat 13 Juni 2025 lalu, yang segera dibalas Iran dalam hitungan jam.
Pada Sabtu 14 Juni 2025 malam, Iran meluncurkan gelombang kedua operasi True Promise III, terutama menyasar fasilitas ekonomi dan industri di kota pelabuhan Israel, Haifa.
Baca Juga: SBY Sebut Dunia di Ambang Malapetaka, Nasib Bumi Kini di Tangan 5 'Strong Men' Ini
Sementara itu, Israel kembali membalas dengan menyerang Kementerian Pertahanan dan depot minyak di Teheran.
Iran menyebutkan sebanyak 78 orang tewas pada hari pertama serangan Israel, dan puluhan lainnya, termasuk anak-anak, menjadi korban pada hari kedua.
Konflik tersebut menyebabkan terhentinya negosiasi nuklir tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat yang dimediasi Oman.
Putaran keenam pembicaraan itu dijadwalkan berlangsung pada Minggu di Muskat.