Intip 'Irone Dome' Indonesia, Siapkah Bila Terjadi Perang Rudal seperti Iran Vs Israel?

Bernadette Sariyem Suara.Com
Rabu, 18 Juni 2025 | 19:29 WIB
Intip 'Irone Dome' Indonesia, Siapkah Bila Terjadi Perang Rudal seperti Iran Vs Israel?
Ilustrasi - Tiga alat pertahanan militer Indonesia. [Suara.com/ChatGPT]

Suara.com - Dunia baru saja menyaksikan eskalasi paling menakutkan di Timur Tengah. Serangan balasan Iran ke Israel pada Juni 2025 bukan lagi sekadar pengulangan taktik lama, sehingga mampu menembus iron dome atau pertahanan udara rezim zionis.

Ini adalah sebuah demonstrasi dari peperangan generasi baru: serangan hibrida yang mengawinkan serangan siber masif, kawanan drone cerdas (AI-coordinated swarm drones), dan rudal balistik hipersonik yang mampu bermanuver.

Serangan ini, yang berhasil menembus beberapa lapisan pertahanan canggih Israel, menjadi sebuah wake-up call yang keras bagi semua negara, tak terkecuali Indonesia.

Pertanyaan yang paling relevan bagi kita bukan lagi "apakah kita punya pertahanan udara?", melainkan "apakah pertahanan udara kita relevan untuk perang era kekinian?"

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu membedah secara jujur tiga pilar utama pertahanan udara taktis alias Irone Dome Indonesia yang dimiliki TNI saat ini.

National Advanced Surface-to-Air Missile System (NASAMS) milik TNI.
National Advanced Surface-to-Air Missile System (NASAMS) milik TNI.

1. NASAMS: Sang Payung Jarak Menengah Ibu Kota

National Advanced Surface-to-Air Missile System (NASAMS) adalah permata di mahkota pertahanan udara kita.

Sistem buatan Kongsberg (Norwegia) dan Raytheon (AS) ini sangat canggih, menggunakan rudal AIM-120 AMRAAM yang notabene adalah rudal andalan jet tempur F-16.

Kemampuannya untuk beroperasi dalam jaringan, menerima data dari berbagai radar, dan meluncurkan rudal secara "tembak dan lupakan" (fire-and-forget) membuatnya sangat efektif melindungi area vital seperti Istana Negara dan pusat pemerintahan di Jakarta.

Baca Juga: Konflik Iran-Israel Memanas: Bagaimana Nasib WNI? Ini Kata Kemlu

Di sinilah letak masalahnya. Pertama, kuantitas. Indonesia hanya memiliki beberapa baterai NASAMS.

Ini menciptakan "pulau-pulau perlindungan" yang sangat kuat, namun menyisakan sebagian besar wilayah Indonesia tanpa payung pertahanan jarak menengah.

Kedua, keterbatasan menghadapi ancaman baru. NASAMS dirancang untuk menembak jatuh jet tempur, helikopter, dan rudal jelajah konvensional.

Kemampuannya untuk mencegat target hipersonik atau rudal balistik yang bermanuver sangat diragukan.

Terhadap swarm drone, satu baterai NASAMS bisa kehabisan rudal dengan cepat jika menghadapi ratusan drone cerdas secara bersamaan.

Oerlikon Skyshield milik TNI.
Oerlikon Skyshield milik TNI.

2. Oerlikon Skyshield: Tembok Baja Jarak Dekat

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI