Warga Palestina Tak Diizinkan Akses Bunker Perlindungan, Tuduhan Diskriminasi Menguat

Jum'at, 20 Juni 2025 | 21:14 WIB
Warga Palestina Tak Diizinkan Akses Bunker Perlindungan, Tuduhan Diskriminasi Menguat
Ilustrasi sejumlah warga Palestina beragama Islam dan Kristen dilarang masuk ke banker (X)

Suara.com - Beberapa warga Palestina yang beragama Islam maupun Kristen dan menetap di wilayah Israel mengaku kini tidak lagi diberikan akses ke bunker perlindungan ketika terjadi serangan udara.

Padahal, sebelumnya mereka diperbolehkan masuk untuk menyelamatkan diri dari ancaman rudal, termasuk saat serangan dari Iran baru-baru ini mengguncang Tel Aviv.

Peristiwa ini terjadi di kawasan Jalan Yehuda Hayamit, yang dikenal sebagai salah satu wilayah permukiman dengan populasi campuran.

Sekitar sepertiga penduduknya merupakan warga Palestina, namun dalam praktiknya, kesetaraan perlakuan masih menjadi persoalan.

Menurut pengakuan warga kepada Middle East Eye, mereka baru mengetahui bahwa kode akses menuju bunker telah diubah.

Hal ini mereka temukan setelah sekitar 12 hingga 15 orang, baik Muslim maupun Kristen, mencoba masuk ke ruang perlindungan ketika sirene tanda bahaya berbunyi beberapa waktu lalu.

Upaya mereka gagal karena kode lama tidak lagi berfungsi, tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.

Sejumlah warga Palestina beragama Islam dan Kristen keluhakan  bunker perlindungan (Instagram)
Sejumlah warga Palestina beragama Islam dan Kristen keluhakan bunker perlindungan (Instagram)

Nasir Ktelat, salah satu warga Palestina yang tinggal di apartemen lantai empat tak jauh dari lokasi bunker, mengungkapkan kekecewaannya.

Ia menyebut, sebelumnya mereka memiliki akses yang diberikan secara informal oleh perwakilan komunitas bangunan. Namun, situasi kini berubah.

Baca Juga: Arie Untung Rekam Gharqad, Tumbuhan yang Disebut Nabi Muhammad Tempat Sembunyi Orang Yahudi

“Dulu kami bisa masuk ke bunker tanpa masalah. Itu sudah menjadi kesepakatan tak tertulis di antara warga lama yang tinggal di bangunan tua di sekitar sini. Tapi saat kami mencoba masuk pekan lalu, jelas terlihat kami tidak diterima,” ujar Nasir.

Ia menambahkan, ekspresi wajah penghuni gedung baru yang sebagian besar merupakan warga Yahudi-Israel menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap kehadiran warga Palestina. Meski demikian, karena kondisi darurat, mereka tetap memilih masuk.

“Kami tidak punya pilihan. Ini soal hidup dan mati. Tapi kami disambut dengan tatapan sinis, seolah kami tidak punya hak untuk selamat,” lanjutnya.

Seorang perempuan Kristen yang ikut berlindung dalam insiden tersebut, namun enggan menyebutkan namanya, juga menyampaikan rasa tidak nyaman.

Ia menyebut perubahan kode akses dilakukan secara sepihak dan tanpa alasan yang jelas.

Ilustrasi sejumlah warga Palestina beragama Islam dan Kristen dilarang masuk ke banker (X)
Sejumlah warga Palestina beragama Islam dan Kristen keluhakan bunker perlindungan [Instagram]

“Ini sangat menyakitkan. Saat bahaya mengancam, semua orang seharusnya bisa berlindung tanpa pandang bulu. Tapi kami justru dikucilkan,” tuturnya.

Insiden ini memperkuat pandangan bahwa diskriminasi terhadap warga Palestina yang tinggal di Israel masih terjadi secara sistematis, bahkan dalam urusan mendasar seperti keselamatan saat terjadi serangan.

Organisasi hak asasi manusia lokal pun ikut angkat bicara. Mereka mengecam tindakan pengubahan akses bunker yang dinilai tidak adil dan berpotensi melanggar prinsip-prinsip perlindungan sipil.

Menurut mereka, tindakan seperti ini bukan hanya berbahaya, tetapi juga memperparah ketegangan sosial antara komunitas.

“Dalam situasi krisis seperti ini, nyawa semua orang seharusnya diperlakukan setara. Tidak boleh ada pembatasan akses berdasarkan etnis atau agama,” ungkap seorang aktivis HAM.

Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pihak pemerintah kota setempat mengenai siapa yang bertanggung jawab atas perubahan akses tersebut.

Warga Palestina di kawasan itu pun berharap ada kejelasan dan jaminan perlindungan bagi semua, tanpa pengecualian.

Mereka juga meminta adanya regulasi yang lebih transparan dan adil dalam pengelolaan fasilitas umum seperti bunker, terutama di wilayah-wilayah dengan populasi majemuk.

Sebuah gedung di Israel meletup usai mendapat hantaman rudah dari militer Iran. [Suara.com]
Sebuah gedung di Israel meletup usai mendapat hantaman rudah dari militer Iran. [Suara.com]

Kejadian di Jalan Yehuda Hayamit menyoroti persoalan lama yang belum kunjung tuntas.

Ketimpangan perlakuan terhadap warga Palestina di Israel. Ketika tempat perlindungan pun menjadi simbol eksklusi, banyak yang mempertanyakan apakah nilai-nilai kesetaraan benar-benar berlaku bagi semua.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI