Polri Pamer 'Robocop' Miliaran, Aktivis Menjawab: Untuk Apa Jika Laporan Warga Saja Dicuekin?

Bangun Santoso Suara.Com
Rabu, 02 Juli 2025 | 16:04 WIB
Polri Pamer 'Robocop' Miliaran, Aktivis Menjawab: Untuk Apa Jika Laporan Warga Saja Dicuekin?
Pameran robot polisi di HUT Bhayangkara ke-79 dinilai sebagai gejala FOMO. Foto: Robot polisi melakukan atraksi saat upacara HUT ke-79 Bhayangkara di kawasan Monas, Jakarta, Selasa (1/7/2025). [Antara/Rivan Awal Lingga]

Suara.com - Panggung perayaan HUT Bhayangkara ke-79 mendadak berubah menjadi etalase teknologi masa depan. Lebih dari 20 robot dengan beragam rupa—dari humanoid, anjing mekanis (I-K9), hingga tank mini—dipamerkan oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Namun, di balik klaim modernisasi ini, muncul pertanyaan fundamental dari publik dan para pegiat hukum: apakah ini yang benar-benar dibutuhkan Indonesia saat ini?

Dilansir dari BBC Indonesia dalam artikelnya yang terbit, Rabu (2/6/2025), Polri dengan bangga menyatakan bahwa adopsi robot adalah tren global yang tak terhindarkan. Kadiv Humas Polri, Irjen Sandi Nugroho, menunjuk negara lain sebagai pembenaran.

"Thailand sudah memperkenalkan robot humanoid-nya. Dubai sudah menyatakan juga soal pemanfaatan robot untuk membantu tugas-tugas kepolisian. Bahkan, China sudah uji coba robot polisi untuk patroli," ujarnya, Senin (30/6/2025).

Namun, rencana ambisius yang akan mulai menggunakan anggaran tahun 2026 ini langsung mendapat sorotan tajam. Para peneliti antikorupsi dan pegiat hukum menilai kebijakan ini problematik dari berbagai sisi.

Harga Fantastis, Prioritas Dipertanyakan

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Wana Alamsyah, menyoroti masalah transparansi. Setelah menelusuri laman pengadaan resmi Polri, ia tidak menemukan satu pun dokumen perencanaan terkait pembelian robot-robot ini.

"Berdasarkan hasil penelusuran ICW terhadap perencanaan Polri dari Sistem Rencana Umum Pengadaan, tidak ditemukan adanya informasi mengenai perencanaan pengadaan robot," kata Wana, Selasa (01/07).

Masalahnya bukan hanya soal transparansi, tetapi juga soal biaya yang selangit.

Pameran robot polisi di HUT Bhayangkara ke-79 dinilai sebagai gejala FOMO. Foto: Robot polisi melakukan atraksi saat upacara HUT ke-79 Bhayangkara di kawasan Monas, Jakarta, Selasa (1/7/2025). [Antara/Rivan Awal Lingga]
Pameran robot polisi di HUT Bhayangkara ke-79 dinilai sebagai gejala FOMO. Foto: Robot polisi melakukan atraksi saat upacara HUT ke-79 Bhayangkara di kawasan Monas, Jakarta, Selasa (1/7/2025). [Antara/Rivan Awal Lingga]

Berdasarkan penelusuran BBC News Indonesia menggunakan setidaknya tiga kata kunci di pencarian: "robot," "humanoid," serta "PT Sari Teknologi."

Baca Juga: Bantah Robot Polisi Habis Miliaran, Operator Sebut Polri Tidak Membeli

Apabila merujuk perusahaan robotik di luar negeri, Unitree, satu robot humanoid dibanderol paling murah senilai US$16.000 dan US$90.000 untuk harga tertinggi. Dengan demikian, satu robot punya valuasi sebesar lebih dari Rp250 juta—memakai kurs terkini dan asumsi harga maksimal humanoid Polri sekitar $US16.000.

Merujuk hitung-hitungan itu, satu robot humanoid harganya lebih tinggi daripada nilai pagu paket untuk biaya reparasi dan perawatan mobil Brimob di Polda Bengkulu (Rp200 juta) serta perawatan gedung Rumah Sakit Bhayangkara di Blora, Jawa Tengah (Rp89 juta).

Sedangkan harga satu robot anjing, dengan mengikuti standar perusahaan yang membuatnya, Deep Robotics, ditetapkan nyaris Rp3 miliar untuk model basic-nya.

Fokus pada Teknologi, Dinilai Abai pada Masalah Mendasar

Kritik paling keras datang dari Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI), Julius Ibrani. Menurutnya, Polri seharusnya fokus pada masalah fundamental yang paling dirasakan masyarakat, bukan mengejar kemewahan teknologi.

"Tindakan yang sering dilakukan kepolisian ini adalah undo delay. Laporan masyarakat tidak direspons atau dicuekin sama polisi," ujarnya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI