Suara.com - Tragedi tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) malam menyisakan satu pertanyaan besar di tengah duka: mengapa kapal itu karam begitu cepat?
Dari penuturan para korban selamat melukiskan detik-detik horor yang terjadi hanya dalam hitungan menit, memunculkan dua dugaan kuat sebagai penyebab utama: hantaman ombak ganas dan potensi kelebihan muatan yang fatal.
Faktor alam menjadi sorotan pertama. Saat insiden terjadi, perairan Selat Bali sedang tidak bersahabat. Koordinator Pos SAR Banyuwangi, Wahyu Setiabudi, mengonfirmasi bahwa kondisi cuaca menjadi kendala serius bagi tim penyelamat. Keterangan ini memberikan gambaran betapa berbahayanya kondisi laut saat itu.
"Di titik lokasi ombak mencapai 2,5 meter," ujar Wahyu sebagaimana dilansir Antara, Kamis (3/7/2025).
Ombak setinggi itu lebih dari cukup untuk menggoyahkan stabilitas kapal feri. Kesaksian korban selamat, Imron, menguatkan dugaan ini. Ia menggambarkan bagaimana kapal oleng dengan hebat sebelum akhirnya menyerah pada amukan laut.
"Sekitar tiga kali kapal itu miring. Yang ketiga air laut sudah masuk ke ruang penumpang," kata Imron, Kamis (3/7/2025).
Goyangan hebat akibat ombak tinggi bisa menjadi pemicu awal dari sebuah bencana. Namun, faktor cuaca buruk seringkali berinteraksi dengan faktor internal kapal, dan di sinilah dugaan kedua muncul: masalah muatan dan stabilitas.
Data resmi dari Polda Bali yang dirilis pada Kamis (3/7/2025) merinci muatan yang diangkut KMP Tunu Pratama Jaya. Kapal tersebut membawa 66 orang (53 penumpang dan 13 ABK) serta 22 unit kendaraan. Yang menjadi perhatian khusus adalah komposisi kendaraan berat di dalamnya, yaitu 3 truk sedang, 3 truk besar, dan 8 unit truk tronton.
Kehadiran delapan truk tronton di atas dek kapal memunculkan pertanyaan serius mengenai distribusi berat dan titik pusat gravitasi (center of gravity) kapal. Truk tronton yang sarat muatan memiliki bobot yang sangat signifikan.
Baca Juga: Kesaksian Bejo, Penumpang Beruntung Selamat di Insiden KMP Tunu Tenggelam: 3 Menit Langsung Terbalik
Penempatan kendaraan berat yang tidak tepat, terutama di dek bagian atas, dapat menaikkan titik pusat gravitasi kapal. Semakin tinggi titik pusat gravitasi, semakin rentan sebuah kapal untuk terbalik saat dihantam ombak dari samping.
Kombinasi maut antara ombak tinggi yang menghantam sisi kapal dan titik pusat gravitasi yang sudah tinggi akibat muatan berat bisa menjelaskan mengapa kapal terbalik dengan kecepatan luar biasa.
Fenomena itu dikenal sebagai synchronous rolling, di mana frekuensi gulungan kapal menjadi selaras dengan frekuensi ombak, menyebabkan kapal miring dengan sudut yang semakin ekstrem hingga akhirnya terbalik.
Kesaksian Bejo Santoso, korban selamat lainnya, menjadi bukti paling mengerikan betapa cepatnya tragedi itu berlangsung.
"Sekitar tiga menit setelah oleng kapal sudah terbalik. Saya masih sempat meloncat," kata Bejo Santoso, Kamis (3/7/2025).
Waktu tiga menit adalah durasi yang sangat singkat bagi penumpang untuk bereaksi, terutama bagi mereka yang berada di dalam ruangan atau dek kendaraan.
"Kalau penumpang yang berada di dalam ruang saya pesimis mereka bisa keluar. Karena kapal itu terbalik dalam hitungan menit," tambah Bejo.
Kini, semua mata tertuju pada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang akan melakukan investigasi mendalam. Penyelidikan KNKT akan memeriksa semua aspek, mulai dari kelaiklautan kapal, riwayat perawatan, manifes muatan yang sebenarnya, penempatan kargo, hingga kepatuhan terhadap prosedur standar pelayaran dalam kondisi cuaca buruk.