Suara.com - Dinamika politik menjelang pemerintahan baru kian memanas. Sebuah manuver tingkat tinggi yang diduga untuk "memagari" Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka dari isu liar kini menjadi sorotan.
Dua menteri senior, Tito Karnavian dan Pratikno, dituding bergerak cepat menjadi 'bekingan' Gibran di tengah isu penugasannya ke Papua.
Langkah keduanya dibaca bukan sekadar klarifikasi biasa, melainkan sebuah operasi politik yang terkoordinasi.
Analisis tajam ini datang dari mantan Intelijen Negara, Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra pada Podcast Forum Keadilan TV yang mengurai adanya agenda tersembunyi di balik respons para menteri tersebut.
Polemik ini bermula dari pernyataan Menteri Hukum dan HAM, Yusril Ihza Mahendra, yang melempar wacana Gibran akan lebih banyak berkantor di Papua.
Pernyataan ini sontak menjadi bola liar yang berpotensi menyudutkan posisi putra sulung Presiden Jokowi tersebut.
![Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra - Mantan Intelijen Negara. [YouTube/Forum Keadilan TV]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/15/88888-sri-radjasa-chandra-mantan-intelijen-negara.jpg)
Di tengah spekulasi yang berkembang, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno tampil ke depan. Mereka seolah menjadi "pemadam kebakaran" yang sigap meluruskan informasi.
"Tito Karnavian (Menteri Dalam Negeri) dan Pratikno (Menteri Sekretaris Negara) meluruskan bahwa Gibran tidak harus berkantor di Papua, melainkan para deputi dan pelaksana harian," jelas Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra dalam analisisnya di Forum Keadilan TV yang tayang di YouTube.
Klarifikasi ini memang berhasil mendinginkan tensi publik. Namun, menurut Chandra, manuver ini lebih dari sekadar pelurusan fakta. Ada indikasi kuat bahwa ini adalah strategi untuk melindungi Gibran sekaligus menjaga konstelasi politik yang sudah terbangun.
Baca Juga: Jokowi Dinilai Mulai Panik Isu Ijazah Palsu dan Pemakzulan Gibran, Termasuk Cemaskan Nasib Bobby?
Agenda Tersembunyi Tito Karnavian?

Secara khusus, Kolonel Chandra menyoroti motif politik di balik tindakan Tito Karnavian. Sebagai mantan Kapolri dan kini Mendagri, posisi Tito sangat strategis.
Kedekatannya dengan lingkaran kekuasaan saat ini dan masa depan menjadi pertaruhan.
"Tindakan Tito ini juga diinterpretasikan sebagai upaya agar Gibran tidak terlalu jauh darinya karena adanya kepentingan politik bersama," tegas Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra.
Interpretasi ini membuka tabir baru: adanya kemungkinan simbiosis mutualisme politik antara Tito dan Gibran.
Dengan menjaga Gibran tetap berada di pusat kekuasaan dan terhindar dari isu kontroversial, Tito juga dinilai tengah mengamankan kepentingannya sendiri dalam peta kekuasaan pemerintahan Prabowo-Gibran mendatang.