Terungkap! Alasan Prabowo Ngotot Pertahankan Gibran, Jadi Bemper Politik?

Selasa, 15 Juli 2025 | 20:01 WIB
Terungkap! Alasan Prabowo Ngotot Pertahankan Gibran, Jadi Bemper Politik?
Presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di Istana Negara, Jakarta. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Suara.com - Teka-teki di balik dinamika kekuasaan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pasca-Pilpres 2024 mulai tersibak. Apalagi terdapat isu pemakzulan wakil presiden. 

Analisis tajam dari seorang mantan intelijen negara membongkar alasan strategis mengapa Prabowo dinilai masih 'ngotot' mempertahankan wakil presiden di sisinya, bahkan di tengah isu penugasan khusus ke Papua yang sarat akan kepentingan dan isu pemakzulan Gibran

Manuver ini bukan sekadar urusan pembagian tugas, melainkan sebuah kalkulasi politik tingkat tinggi yang kompleks.

Dalam sebuah diskusi mendalam di kanal Forum Keadilan TV, Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra, yang memiliki latar belakang di intelijen negara, mengupas tuntas motif di balik relasi Prabowo-Gibran.

Menurutnya, ada alasan fundamental mengapa Prabowo membutuhkan Gibran lebih dari sekadar wakil.

Gibran Sebagai 'Bemper' Politik Prabowo

Kolase Presiden Prabowo dan Wapres Gibran Rakabumi Raka. [Dok. Istimewa]
Kolase Presiden Prabowo dan Wapres Gibran Rakabumi Raka. [Dok. Istimewa]

Alasan utama dan yang paling mendasar adalah menjadikan Gibran sebagai perisai politik. Kolonel Chandra secara lugas menyebut Gibran diposisikan sebagai "penangkal petir" untuk mengamankan citra Prabowo dari serangan dan kritik publik.

"Prabowo dinilai masih menginginkan Gibran sebagai wakilnya, salah satunya sebagai 'bemper' agar fokus kritik tidak langsung tertuju padanya," ungkap Chandra dikutip dari YouTube pada Selasa (15/7/2025).

Dengan strategi ini, setiap isu kontroversial atau kebijakan yang tidak populer berpotensi dialihkan ke sosok Gibran. Hal ini memungkinkan Prabowo untuk menjaga citranya tetap positif, sementara Gibran yang menanggung beban serangan politik.

Baca Juga: Jokowi Curiga Agenda Besar di Balik Isu Pemakzulan Gibran: Benarkah Ada Upaya Pemisahan Kekuatan?

Dilema Papua dan Bayang-Bayang Masa Lalu Jokowi

Presiden Joko Widodo didampingi Ibu negara Iriana Joko Widodo menyanyi bersama usai peletakan batu pertama pembangunan pasar Pharaa di Sentani, Jayapura, Papua, Sabtu (27/12).
Presiden Joko Widodo didampingi Ibu negara Iriana Joko Widodo menyanyi bersama usai peletakan batu pertama pembangunan pasar Pharaa di Sentani, Jayapura, Papua, Sabtu (27/12).

Meskipun membutuhkan Gibran sebagai tameng, Prabowo disebut menghadapi dilema besar, terutama terkait wacana penugasan Gibran untuk mengurus Papua. Keraguan ini, menurut analisis Kolonel Chandra, berakar dari sejarah masa lalu ayah Gibran, Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Ada keraguan dari Prabowo terkait penempatan Gibran di Papua karena latar belakang masa lalu ayahnya, Jokowi, yang pernah membawa dokumen referendum Papua Barat ke Brisbane pada tahun 2014," paparnya.

Insiden historis ini diinterpretasikan sebagai jejak 'pengkhianatan' yang membuat Prabowo berpikir dua kali untuk menyerahkan wilayah strategis dan sensitif seperti Papua kepada Gibran. Ini menciptakan tarik-ulur antara kebutuhan politik pragmatis dan kekhawatiran akan loyalitas yang dibayangi sejarah.

Karakter Prabowo Berubah, Tekanan Jokowi Menguat?

Jokowi dan Prabowo Subianto di pesta nikah Tamara Kalla (TikTok/@menujuindonesiamaju)
Jokowi dan Prabowo Subianto di pesta nikah Tamara Kalla (TikTok/@menujuindonesiamaju)

Situasi pelik ini diperparah oleh dugaan adanya perubahan karakter pada diri Prabowo. Sosok yang dikenal tegas dan percaya diri kini dinilai lebih peragu dalam mengambil keputusan krusial.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI