Suara.com - Pernyataan mengejutkan terkait polemik ijazah Jokowi keluar dari bekas petinggi UGM. Dia adalah mantan Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Sofian Effendi.
Secara blak-blakan Prof. Sofian Effendi menyebut bahwa skripsi S1 Joko Widodo tidak pernah diuji dan menyinggung peran sosok kunci bernama Hari Mulyono, yang tak lain adalah saudara ipar Jokowi.
Dalam sebuah wawancara dengan ahli digital forensik, Rismon Sianipar, yang ditayangkan lewat kanal Youtube pada Rabu (16/7/2025), Prof. Sofian membeberkan informasi yang ia klaim dapat dari para profesor dan mantan dekan di Fakultas Kehutanan UGM.
Menurutnya, karena nilai Jokowi yang jeblok di dua tahun pertama kuliah, ia seharusnya tidak bisa melanjutkan ke jenjang S1 dan hanya berhak atas ijazah Sarjana Muda. Hal ini, kata Prof. Sofian, membuat keberadaan skripsi S1 menjadi janggal.
"Jadi (karena nilainya tidak memenuhi) dia belum memenuhi persyaratan melanjutkan ke sarjana dan menulis skripsi. Skripsinya pun sebenarnya adalah contekan dari pidatonya prof Sunardi, salah satu dekan setelah Pak Soemitro. Tidak pernah lulus. Tidak pernah diujikan. Lembar pengesahannya kosong," ungkapnya.
Prof. Sofian mengaku pernah mengonfirmasi langsung soal lembar pengesahan yang kosong itu ke pihak UGM.
"Saya tanya ke petugasnya, 'mbak ini kok kosong'? Dia bilang iya pak itu sebenarnya nggak diuji. Nggak ada nilainya. Makanya nggak ada tanggal, nggak ada tandatangan dosen penguji," sebutnya.
Di tengah kejanggalan ini, Prof. Sofian mengungkap peran sosok Hari Mulyono. Menurutnya, Hari Mulyono masuk Fakultas Kehutanan UGM bersamaan dengan Jokowi pada tahun 1980. Namun, nasib keduanya berbeda jauh. Hari Mulyono dikenal sebagai mahasiswa cerdas dan aktif yang lulus tepat waktu pada 1985, sementara nilai Jokowi disebut tidak mencukupi.
Di sinilah Prof. Sofian mengungkap sebuah rumor mengejutkan yang ia dengar.
Baca Juga: Mantan Rektor UGM Bongkar Habis Kuliah Jokowi: Nilai Jeblok, Skripsi Nyontek, Ijazah S1 Tak Ada
"Hari Mulyono lulus, kawin dengan adiknya dia, Idayati, punya dua anak. Itu kabarnya dia pinjem ijazahnya Hari Mulyononya ini. Kemudian ijazah ini yang dipalsuin dugaan saya. Jadi itu kejahatan besar itu. Dia kan selalu mengenalkan, bahwa untuk ijazah yang dibawa-bawa oleh dia itu, itu kan bukan foto dia. Itu penipuan besar-besaran itu," jelasnya.
Dengan tidak adanya skripsi yang disahkan, Prof. Sofian pun menyimpulkan bahwa Jokowi tidak mungkin memiliki ijazah S1.
"Kalau dia mengatakan punya ijazah BsC (sarjana muda) mungkin betul lah. Kalau yang ijazah sarjana, nggak punya dia," kata Prof Sofian.
Pernyataan Prof. Sofian ini muncul di tengah panasnya laporan Rismon Sianipar ke Polda Metro Jaya yang melaporkan Jokowi dan Kasmudjo atas dugaan penyebaran berita bohong terkait siapa sebenarnya dosen pembimbing skripsi Jokowi.