Mantan Rektor UGM Bongkar Habis Kuliah Jokowi: Nilai Jeblok, Skripsi Nyontek, Ijazah S1 Tak Ada

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 17 Juli 2025 | 12:03 WIB
Mantan Rektor UGM Bongkar Habis Kuliah Jokowi: Nilai Jeblok, Skripsi Nyontek, Ijazah S1 Tak Ada
Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Sofian Effendi (tengah) saat diwawancari ahli digital forensik, Rismon Sianipar. (Foto: bidik layar kanal YouTube Refly Harun Official)

Suara.com - Sebuah pengakuan yang berpotensi mengguncang jagat politik datang dari mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Sofian Effendi. Dalam sebuah wawancara dengan ahli digital forensik, Rismon Sianipar.

Sang mantan rektor itu secara blak-blakan menyebut bahwa Joko Widodo (Jokowi) bukanlah mahasiswa berprestasi dan bahkan seharusnya tidak bisa melanjutkan ke jenjang S1 karena nilainya yang jeblok.

Pernyataan ini disampaikan Prof. Sofian dalam sesi wawancara dengan Ahli Digital Forensik, Rismon Sianipar, sebagaimana disitat dari tayangan kanal Youtube Refly Harun Official, Kamis (17/7/2025). Menurutnya, informasi ini ia dapatkan dari para profesor dan mantan dekan di Fakultas Kehutanan UGM.

Prof. Sofian mengungkapkan, nilai Jokowi di dua tahun pertama kuliahnya sangat buruk dan tidak memenuhi syarat untuk lanjut ke program sarjana (S1).

"Kemudian, pada waktu tahun 1980 masuk, ada dua orang yang masih bersaudara yang masuk (fakultas) Kehutanan. Satu Hari Mulyono kemudian Joko Widodo. Hari Mulyono ini aktivis, dikenal di kalangan mahasiswa. Dan juga secara akademis dia perform. Dia tahun 1985 lulus. Tapi Jokowi itu menurut informasi dari para profesor dan mantan dekan, Jokowi itu tidak lulus di tahun 1982 di dalam penilaian. Ada empat semester dinilai kira-kira 30 mata kuliah, dia indeks prestasinya tidak mencapai," terang Prof Sofian.

Ia bahkan menyebut transkrip nilai yang pernah dipamerkan Bareskrim Polri adalah bukti dari nilai buruk tersebut.

"Saya lihat di dalam transkip nilai itu juga yang ditampilkan Bareskrim, IPK-nya itu nggak sampai dua kan. Kalau sistemnya benar, dia tidak lulus atau di-DO istilahnya. Hanya boleh sampai sarjana muda," katanya.

Lebih jauh, Prof. Sofian mengklaim skripsi yang selama ini beredar adalah hasil contekan dan tidak pernah diujikan secara resmi.

"Jadi (karena nilainya tidak memenuhi) dia belum memenuhi persyaratan melanjutkan ke sarjana dan menulis skripsi. Skripsinya pun sebenarnya adalah contekan dari pidatonya Prof Sunardi, salah satu dekan setelah Pak Soemitro. Tidak pernah lulus. Tidak pernah diujikan. Lembar pengesahannya kosong," ungkap dia.

Baca Juga: Siapa Tersangka Fitnah Ijazah Jokowi? Waketum Projo Bilang Ini Usai Diperiksa Polisi

Ia mengaku pernah menanyakan langsung soal lembar pengesahan yang kosong itu ke petugas UGM.

"Saya tanya ke petugasnya, 'mbak ini kok kosong'? Dia bilang iya pak itu sebenarnya nggak diuji. Nggak ada nilainya. Makanya nggak ada tanggal, nggak ada tandatangan dosen penguji," sebutnya.

Dengan tidak adanya skripsi yang sah, Prof. Sofian menyimpulkan bahwa Jokowi tidak mungkin memiliki ijazah S1.

"Kalau dia mengatakan punya ijazah BsC (sarjana muda) mungkin betul lah. Kalau yang ijazah sarjana, nggak punya dia," kata Prof Sofian.

Yang paling mengejutkan, Prof. Sofian juga mengungkap adanya rumor bahwa Jokowi pernah meminjam ijazah milik saudara iparnya, Hari Mulyono, untuk kemudian dipalsukan.

"Hari Mulyono lulus, kawin dengan adiknya dia, Idayati, punya dua anak. Itu kabarnya dia pinjem ijazahnya Hari Mulyono-nya ini. Kemudian ijazah ini yang dipalsuin dugaan saya. Jadi itu kejahatan besar itu. Dia kan selalu mengenalkan, bahwa untuk ijazah yang dibawa-bawa oleh dia itu, itu kan bukan foto dia. Itu penipuan besar-besaran itu," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI