Suara.com - Pesta rakyat yang seharusnya menjadi perayaan suka cita pernikahan anak Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, berubah menjadi ladang petaka berdarah di Pendopo Kabupaten Garut.
Rebutan makanan gratis yang berakhir ricuh kini telah merenggut tiga nyawa dan membuat puluhan orang terkapar di rumah sakit.
Kasus yang mencoreng wajah pemerintah daerah ini kini tak lagi ditangani di level lokal, melainkan ditarik langsung ke tingkat Polda Jawa Barat.
Perburuan mencari pihak yang paling bertanggung jawab atas tragedi ini resmi dimulai. Ini bukan lagi sekadar insiden, melainkan sebuah kasus serius yang akan menyeret nama-nama besar dari kalangan pejabat hingga penyelenggara acara.
Pemicu malapetaka ini, menurut Kabid Humas Polda Jabar Kombes Hendra Rochmawan, adalah kegagalan fatal dalam manajemen massa.
Panitia menyediakan sekitar 5.000 paket makanan gratis, namun jumlah warga yang datang membludak hingga hampir dua kali lipat.
"Jumlahnya informasi awal yang kita dapatkan adalah 5.000 pack, kemudian masyarakat itu mengantre di luar dari pada pintu-pintu pendopo ini," kata Hendra dikutip dari ANTARA.
Akibatnya, aksi saling dorong dan injak tak terhindarkan saat warga yang lapar dan tak sabar mencoba merangsek masuk ke pendopo.
Polda Ambil Alih
Baca Juga: Sinyal Calon Tersangka Menguat, Polda Jabar Bidik WO dan Pejabat Pemkab di Tragedi Pesta Rakyat Maut
Melihat skala tragedi yang besar, penanganan kasus ini kini diambil alih oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jabar. Ini adalah sinyal kuat bahwa penyelidikan akan dilakukan lebih dalam dan serius.
Daftar pihak yang akan segera dipanggil untuk klarifikasi pun sudah di tangan penyidik. Mereka adalah:
- Asisten Administrasi Umum Pemkab Garut
- Lima anggota polisi yang bertugas
- Kepala Satpol PP Garut
- Pihak Wedding Organizer (GP WO dan NAW WO)
- Vendor Makanan (Megunesia)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membongkar siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas perencanaan keamanan dan antisipasi massa dalam acara tersebut.
Misteri Korban Tanpa Nama di RSUD Garut
Di tengah duka, muncul satu kisah tragis lainnya. Dari 30 orang yang menjadi korban, satu pasien laki-laki paruh baya hingga kini masih terbaring di RSUD dr. Slamet Garut tanpa identitas dan tanpa keluarga yang mencari.
"Jadi, ini lagi dicari keluarganya," kata Kepala Dinas Kesehatan Garut, Leli Yuliani. Pasien yang mengalami sesak napas parah dengan riwayat penyakit jantung dan paru-paru ini mengaku bukan berasal dari Garut.