Klakson Kereta Tak Digubris: Pemuda di Karanganyar Tewas Tertabrak saat Bikin Konten

Minggu, 27 Juli 2025 | 17:57 WIB
Klakson Kereta Tak Digubris: Pemuda di Karanganyar Tewas Tertabrak saat Bikin Konten
Detik-detik pemuda di Karanganyar tertemper kereta hingga tewas saat bawa bendera. (Instagram)

Suara.com - Sebuah aksi pembuatan konten yang seharusnya menjadi kenangan digital berujung pada tragedi memilukan di pinggir rel Jalur Hilir Masaran Kemiri KM 246+8, Dusun Teken, Desa Kaliwuluh, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar, Jawa Tengah.

Pada Sabtu (26/7/2025) petang, Miza Gani Maulana Firdaus, seorang remaja berusia 21 tahun, harus meregang nyawa setelah tubuhnya tertemper Kereta Api (KA) Jayakarta yang melaju dari Surabaya Gubeng menuju Pasar Senen, Jakarta.

Ironisnya, momen terakhir hidupnya terekam oleh kamera yang dipegang rekannya sendiri.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Miza, warga Kliwonan, Masaran, Sragen, sedang beraksi berjalan di tepi rel sambil membawa bendera. Sementara itu, rekannya, Nanang (19), bertugas merekam aksi tersebut dari kejauhan, kemungkinan besar untuk diunggah ke media sosial.

Aksi yang dirancang untuk menarik perhatian itu justru berakhir fatal.

Kapolsek Kebakkramat, AKP Anggoro Wahyu, yang mewakili Kapolres Karanganyar AKBP Hadi Kristanto, mengonfirmasi kronologi kejadian nahas tersebut.

Insiden terjadi sekitar pukul 17.23 WIB, di mana korban meninggal dunia seketika di lokasi kejadian.

"Korban dievakuasi ke RSUD Karanganyar dan telah diserahkan ke pihak keluarga," kata AKP Anggoro.

Tubuh korban dilaporkan terpental hingga sejauh lima meter akibat kerasnya benturan.

Baca Juga: Profil Camat Padang Tiji yang Viral Usai Dituduh Selingkuh di Mobil Dinas

Kejadian ini menyisakan trauma mendalam bagi Nanang, saksi kunci sekaligus rekan korban, yang hingga kini masih dalam kondisi shock dan belum dapat dimintai keterangan lebih lanjut oleh pihak berwenang.

Bukan Sekadar Kecelakaan, Tapi Gejala Kelalaian yang Berulang

Pihak PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 6 Yogyakarta turut angkat bicara.

Manager Humas Daop 6, Feni Novida Saragih, menegaskan bahwa prosedur keselamatan telah dijalankan oleh masinis.

"Saat kereta melintas korban berada di jalur KA. KA Jayakarta sudah membunyikan bel atau klakson, namun korban tidak menjauh sehingga terjadi temperan," jelasnya.

Pernyataan ini menggarisbawahi akar masalah dari banyak kecelakaan serupa: human error atau kelalaian manusia.

Kasus di Karanganyar bukanlah insiden tunggal. Fenomena warga, terutama anak muda, yang beraktivitas berbahaya di sekitar rel kereta api untuk berbagai alasan—mulai dari mencari jalan pintas, tempat nongkrong, hingga membuat konten—terus terjadi di berbagai wilayah Indonesia.

Fokus yang terlampau dalam pada layar gawai atau lensa kamera menciptakan sebuah 'terowongan persepsi'. Individu menjadi tidak sadar akan lingkungan sekitar, termasuk pada bahaya yang jelas-jelas ada seperti kereta api yang mendekat.

Suara klakson atau bel lokomotif yang sangat keras seringkali diabaikan karena terdistraksi oleh aktivitas yang sedang dilakukan.

Keinginan untuk mendapatkan gambar atau video yang sempurna mengalahkan naluri dasar untuk bertahan hidup.

Jebakan Fatal di Area Terlarang

Secara hukum, area rel kereta api bukanlah ruang publik untuk beraktivitas.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian secara tegas melarang orang berada di ruang manfaat jalur kereta api, menyeret, atau menggerakkan barang di atasnya.

Pelanggaran terhadap aturan ini bukan hanya berisiko denda atau pidana, tetapi juga mengancam nyawa.

Kereta api adalah moda transportasi yang memiliki karakteristik khusus: tidak bisa berhenti mendadak.

Dengan bobot ribuan ton dan kecepatan tinggi, kereta memerlukan jarak pengereman yang sangat panjang, bisa mencapai ratusan meter.

Anggapan bahwa masinis bisa 'mengerem' saat melihat ada orang di rel adalah sebuah miskonsepsi yang fatal.

Oleh karena itu, satu-satunya langkah pencegahan yang efektif adalah kesadaran dari masyarakat itu sendiri untuk tidak pernah menjadikan rel kereta api sebagai lokasi bermain atau berkreasi.

Tragedi yang menimpa Miza menjadi pengingat pahit bahwa beberapa detik validasi di dunia maya tidak sebanding dengan nyawa yang hilang sia-sia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI