Untuk memperkuat argumennya, ia bahkan menyindir sahabatnya, Jambro Sasongko, yang disebutnya sering mengulang mata kuliah.
"Kalau yang diragukan Pak Jambro itu boleh. Matematikanya mengulang terus. Saya itu enggak pernah mengulang," ujarnya.
Sindiran ringan ini tidak hanya menunjukkan kedekatan Jokowi dengan teman-temannya.
Tetapi juga menjadi penegasan bahwa ia merasa tidak memiliki "cacat" akademis yang bisa menjadi celah untuk diragukan.
3. Tuduhan Terus Bergeser: Dari Ijazah, Skripsi, hingga KKN
Salah satu poin paling menarik dari curhatan Jokowi adalah bagaimana ia memetakan pergeseran fokus tuduhan dari para penyerangnya.
Menurutnya, ketika satu tuduhan sulit dibuktikan, mereka akan mencari celah baru.
"Begitu ijazahnya sulit, dicari-cari salahnya, belok ke skripsi. Skripsinya juga (dianggap) palsu. Ganti lagi ke KKN. Ini dari ijazah lari ke skripsi, lari ke KKN. KKN-nya didatangi ke sana," kata Jokowi.
Paparan ini seolah membuka strategi lawan politiknya yang terkesan "asal serang".
Baca Juga: Polemik Ijazah Jokowi, 'Partai Biru' Dituding Jadi Dalang? Roy Suryo Bantah Keterlibatan Demokrat
Dengan membeberkan pola serangan ini, Jokowi secara tidak langsung membangun narasi bahwa tuduhan yang dialamatkan kepadanya tidak didasari oleh pencarian kebenaran.
Melainkan upaya sistematis untuk mendelegitimasi dirinya.
4. Bantahan Telak dengan Bukti dan Saksi Hidup
Tak hanya berkeluh kesah, Jokowi juga menyajikan data dan fakta yang sulit dibantah.
Ia menyebutkan nama-nama dosen pembimbing dan penguji skripsinya dengan sangat jelas.
"Saya ingat KKN-nya di Desa Ketoyan, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali... Dosen pembimbing skripsi saya adalah Prof. Dr. Ir. Ahmad Sumitro, sedangkan pengujinya adalah Ranu Gede dan Ir. Sofyan Wasito," paparnya.