Suara.com - Setelah Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) dibubarkan, upaya pemulihan lahan gambut di Indonesia kini dilakukan lewat kolaborasi lintas kementerian, lembaga, sektor swasta, hingga masyarakat lokal.
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menekankan bahwa model kerja kolektif ini menjadi cara paling efektif dalam menangani kerusakan ekosistem gambut, terutama karena lebih dari 80% dari total lahan terbakar sepanjang tahun ini adalah gambut.
“Keroyokan. Jadi Kementerian Lingkungan Hidup terlibat, BMKG terlibat, Kementerian Kehutanan juga terlibat,” ujarnya, sambil menyebut bahwa sinergi ini terbukti menurunkan angka kebakaran.
![Foto udara kondisi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di lahan gambut Desa Gambut Jaya, Muaro Jambi, Jambi, Kamis (24/7/2025). [ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/bar]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/07/24/12595-karhutla-di-muaro-jambi-kebakaran-hutan-dan-lahan-di-muaro-jambi.jpg)
Restorasi juga mencakup upaya pencegahan melalui modifikasi cuaca (OMC), untuk menjaga kelembaban tanah gambut sebelum musim kering tiba. Pemerintah memanfaatkan data dari BMKG dan BNPB untuk memetakan lokasi rawan dan menentukan kapan hujan buatan perlu dilakukan.
Raja Juli menyebut pendekatan gotong royong ini sebagai kekuatan khas Indonesia yang tidak bisa ditiru begitu saja oleh negara maju.
“Kita punya Masyarakat Peduli Api di setiap daerah yang selalu siaga membantu,” katanya.
Dengan strategi kolektif dan data yang kuat, pemerintah berharap dapat mengubah cara penanganan kebakaran gambut dari reaktif menjadi proaktif, sekaligus menginspirasi kerja bersama lintas sektor demi menjaga ekosistem yang vital ini.