Dengan rendah hati, ia menjawab bahwa gubuk kecilnya dibangun oleh masyarakat.
"Sama orang-orang kampung," ungkap Hafid.
![Dokter Hafid yang memilih hidup di bawah kolong jembatan di kawasan Kadilangu, Demak, Jawa Tengah. [TikTok @sinau_surip]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/30/19855-dokter-hafid.jpg)
Solidaritas warga sekitar tidak berhenti sampai di situ. Kisah paling mengharukan adalah bagaimana Hafid bisa bertahan hidup untuk urusan pangan setiap harinya.
Hafid bercerita bahwa warga sering mengiriminya makanan dengan cara yang unik. Dari atas jembatan, mereka menurunkan makanan menggunakan seutas tali atau tampar
"Kan ada tampar di situ. Kalau ada orang yang ngirim, digerek," jelasnya.
Mekanisme sederhana ini menjadi jembatan kebaikan yang menghubungkan dunia atas dengan kehidupannya di kolong.
Dirinya mengaku tidak selalu tahu siapa orang yang memberinya makan, karena mereka datang silih berganti.
"Biasanya itu gantian orang-orang," jawabnya.
Sebagian besar dari mereka adalah warga dari daerah sekitar yang ia sebut sebagai "Keluarga Katilang."
Lebih dari Sekadar Bertahan
Kisah Hafid adalah anomali yang indah di zaman yang serba individualistis. Di saat banyak orang sibuk dengan urusannya sendiri, masih ada orang-orang yang secara diam-diam dan konsisten merawat salah satu anggotanya yang paling rapuh.
Mereka tidak mengharapkan imbalan, bahkan banyak yang tidak ingin diketahui identitasnya. Bagi generasi milenial dan anak muda, kisah ini menjadi pengingat kuat bahwa:
- Keluarga Tidak Selalu Soal Darah: Hafidz mungkin telah kehilangan keluarga intinya, tetapi ia menemukan keluarga baru pada sosok warga yang peduli padanya.
- Kebaikan Bisa Dilakukan dengan Cara Sederhana: Mengirim sebungkus nasi melalui seutas tali mungkin terlihat sepele, tetapi bagi Hafid itu adalah penyambung hidup.
- Gotong Royong Masih Hidup: Semangat kebersamaan dan tolong-menolong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia ternyata masih mengakar kuat di beberapa komunitas.
Kisah hidup di kolong jembatan yang dialami sang dokter mengajarkan kita bahwa di balik setiap kesulitan, selalu ada celah bagi cahaya kebaikan untuk masuk.