Menurutnya, dunia saat ini berada di bawah bayang-bayang ketidakpastian yang dapat memicu krisis ekonomi, energi, hingga pangan. Menghadapi potensi badai tersebut, seorang presiden membutuhkan dukungan politik yang solid dan luas.
Tanpa dukungan kuat, pemerintah akan lumpuh saat perlu mengambil kebijakan-kebijakan darurat yang tidak populer. Qodari menggunakan pengalaman pandemi COVID-19 sebagai contoh paling nyata.
"Nah, kalau masih masih tanya tindakan enggak biasa itu kayak gimana? Ingat COVID. Di zaman COVID itu kita mengambil tindakan yang luar biasa. Apa? Pertama, kita membatasi pergerakan semua orang. Orang enggak boleh keluar. Itu kebijakan yang sangat luar biasa. Yang sangat luar biasa. Yang membutuhkan dukungan politik yang kuat gitu," kenangnya.
Ia menggambarkan, jika saat itu dukungan politik terpecah belah, kebijakan pembatasan sosial (lockdown) pasti akan gagal total.
"Kalau tidak ada dukungan politik yang kuat, maka kemudian kebijakan itu ditolak. Ya, akan terjadi katakanlah pembangkangan di sana sini. Ketika terjadi pembangkangan, orang tetap bergerak apa berpindah satu tempat ke tempat yang lain, masih berkumpul dalam jumlah yang banyak, maka akan terjadi penularan gitu loh," papar Qodari.