Suara.com - Sebuah drama penuh kejanggalan menyelimuti Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara, setelah kabar Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebar luas.
Di pusat pusaran informasi, Bupati Koltim, Abdul Azis, muncul dengan bantahan keras. Namun, sebuah reaksi tak terduga saat dikonfirmasi justru menyalakan tanda tanya yang lebih besar.
Saat dihubungi pada hari Kamis (7/8/2025), Bupati Abdul Azis dengan tegas menepis rumor yang beredar di media sosial bahwa dirinya telah terjaring dalam operasi senyap komisi antirasuah.
Ia mengklaim sama sekali tidak mengetahui adanya pergerakan KPK di wilayah kerjanya dan menegaskan posisinya yang sedang berada jauh dari pusat pemerintahan Koltim.
"Saya tidak tahu, di Kendari ini," kata Abdul Azis melalui sambungan telepon, memberikan alibi bahwa ia berada di ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara.
Namun, ketenangan dalam bantahan tersebut seketika sirna saat pertanyaan wartawan menukik lebih tajam.
Ketika dikonfirmasi mengenai kabar bahwa dua orang stafnya telah diamankan dalam OTT KPK tersebut, Abdul Azis memberikan reaksi yang paling tidak diharapkan dari seorang pemimpin yang mengaku tidak tahu menahu: ia langsung mematikan sambungan telepon.
Sikap yang terkesan panik dan menghindar ini sontak mengubah arah narasi. Bantahan yang awalnya terdengar lugas kini dibayangi oleh kecurigaan besar.
Mengapa seorang bupati langsung memutus komunikasi saat ditanya perihal nasib anak buahnya yang terseret kasus korupsi?
Baca Juga: KPK OTT Bupati Kolaka Timur Abdul Aziz yang Juga Kader NasDem
Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, meski rumor awal menyasar sang bupati, fakta di lapangan menunjukkan bahwa tim KPK memang telah mengamankan dua orang yang diduga merupakan staf dari lingkungan Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur.
Keduanya dilaporkan telah dibawa ke Markas Kepolisian Daerah (Polda) Sultra di Kendari untuk menjalani pemeriksaan intensif.
Misteri semakin dalam karena pihak KPK sendiri, meski telah mengonfirmasi adanya OTT terhadap seorang kepala daerah di Sulawesi Tenggara, masih sangat rapat menutup keran informasi.
Juru bicara KPK belum memberikan detail mengenai perkara apa yang sedang diusut, siapa saja pihak yang diamankan secara lengkap, dan berapa jumlah uang yang menjadi barang bukti.
Keheningan dari pihak KPK ini membuat bola panas terus bergulir, dengan spekulasi liar yang berkembang di masyarakat.
Apakah penangkapan dua staf tersebut merupakan pintu masuk untuk menjerat aktor yang lebih besar? Apakah keberadaan Bupati Abdul Azis di Kendari—kota yang sama tempat stafnya diperiksa—hanyalah sebuah kebetulan?