Beberapa hari setelah ditemukan, jasad Nasiruddin akhirnya dimakamkan dengan layak.
Bagi keluarga, penemuan ini membawa kelegaan yang getir. Setelah puluhan tahun bertanya-tanya, mereka akhirnya bisa memberikan penghormatan terakhir.
"Akhirnya, kami mendapat sedikit kelegaan setelah jenazahnya ditemukan," kata Ubaid.
Perubahan Iklim
Penemuan jasad Nasiruddin bukan sekadar akhir dari pencarian sebuah keluarga.
Ini adalah saksi nyata dari krisis yang lebih besar, yaitu perubahan iklim.
Pakistan adalah rumah bagi lebih dari 13.000 gletser, jumlah terbanyak di dunia di luar wilayah kutub. Gletser-gletser ini berfungsi sebagai menara air raksasa bagi jutaan orang.
Namun, kenaikan suhu global yang dipicu oleh aktivitas manusia menyebabkan gletser-gletser ini mencair dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.
Fenomena ini tidak hanya mengungkap tragedi masa lalu seperti kisah Nasiruddin, tetapi juga menciptakan ancaman baru seperti banjir bandang akibat luapan danau glasial (GLOFs) yang dapat menyapu bersih seluruh komunitas di hilir.
Baca Juga: Gletser di Kanada, AS, dan Swiss Kehilangan 12 Persen Es: Apa Artinya bagi Masa Depan?
Kisah Nasiruddin menjadi pengingat yang kuat bahwa es yang mencair tidak hanya mengubah lanskap, tetapi juga membuka kembali luka lama dan menunjukkan betapa rapuhnya keseimbangan alam kita.