Pernyataannya adalah jendela menuju dapur ribuan keluarga di Pati.
Bagi mereka, kenaikan pajak bukanlah sekadar angka di atas kertas, tetapi potensi berkurangnya uang belanja, tertundanya biaya sekolah, atau bertambahnya utang.
Setiap dus mi instan dan botol air mineral yang terkumpul adalah representasi dari jeritan ekonomi ini.
Kekuatan gerakan ini terletak pada jaringannya yang luas dan organik.
Dukungan tidak hanya datang dari pusat kota, tetapi mengalir dari berbagai penjuru kecamatan yang lebih mengagumkan yakni perlawanan ini melintasi batas geografis.
Aksi 13 Agustus mendatang kini telah tereskalasi.
Ia bukan lagi sekadar unjuk rasa, melainkan puncak dari akumulasi kekecewaan, pembuktian solidaritas, dan sebuah pesan keras kepada pemerintah, yakni jangan pernah meremehkan kekuatan rakyat yang bersatu.
Menurut Anda, apa yang bisa dipelajari oleh pemerintah dari peristiwa di Pati ini?
Dan pelajaran apa yang bisa kita ambil sebagai warga negara? Mari diskusikan di kolom komentar.
Baca Juga: Akui Tak Pernah Tantang Warganya soal Demo, Bupati Pati Bertekad Bulat Tetap Naikkan Tarif Pajak